Reporter: Arief Ardiansyah, Harris Hadinata, Agung Jatmiko, Anastasia Lilin Y | Editor: Imanuel Alexander
Jakarta. Alhamdulillah, setelah lima hari memerah, datang pula warna hijau. Itulah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan terakhir. Rabu (26/6), IHSG menorehkan kenaikan yang menyejukkan, setinggi 3,8%. Sehari kemudian, Kamis (27/6) indeks naik lagi 1,92% dan ditutup di 4.675,75. Untuk sementara, sampai artikel ini naik cetak, sempat menepis kekhawatiran akan ambrolnya bursa lebih dalam.
Bila dihitung dari awal Juni, sampai penutupan pada 25 Juni lalu IHSG telah anjlok 14%! David Cornelis, Head of Research KSK Financial Group, menilai, penurunan IHSG di bulan Juni ini terbilang signifi kan. “Ini penurunan terburuk ketiga sejak Mei 2010 sebesar 16% dan Agustus–September 2011 sebesar 23%,” kata David.
Harapan investor untuk menuai cuan lagi di bursa melalui hari-hari hijau membuncah melihat pergerakan investor asing pada Kamis pekan lalu. Investor asing kembali mencatatkan net buy senilai Rp 50,09 miliar. Itulah net buy investor asing pertama sejak 23 Mei silam.
Meski begitu, fakta ini belum bisa dijadikan patokan arah bursa. David menilai, kenaikan yang terjadi bersifat sementara. Dalam jangka menengah, IHSG masih memiliki kecenderungan turun ke 4.088–4.334.
Melihat kondisi bursa, Kepala Riset Bahana Securities Harry Su mengatakan, ini belum menjadi waktu yang tepat untuk melakukan buy and hold saham bagi investor. Dia juga mengingatkan agar investor tak bersikap melawan bursa. “Sampai saat ini belum ada sustainable tren untuk naik,” kata Harry.
Kepala Riset Mega Capital Indonesia Danny Eugene mengatakan, bagi Anda yang bertipe investor, sebaiknya minggir dulu dari bursa. Bagi para trader, Anda harus melihat case to case harian. “Timing trading jangka pendek, maksimal tiga hari sudah harus lepas saham,” kata Danny.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menambahkan, para trader cukup melihat arah pergerakan bursa dalam jangka pendek. Volalitilitas pasar yang tinggi sebenarnya justru memberikan peluang yang banyak bagi trader untuk mencari keuntungan. “Ada beberapa saham yang masih bisa bergerak 10% dalam dua sampai tiga hari. Itu, kan, menarik buat trader,” kata Satrio.
Berpikir valuasi
Lain lagi saran Arief Budiman, Kepala Riset Sucorinvest Central Gani. Dia menyarankan investor untuk mulai melihat penurunan ini sebagai titik masuk yang baik. Dia mengakui, tak ada yang bisa menebak kapan sell off investor asing akan berakhir. Tapi, sepanjang tidak ada perubahan signifikan dalam kondisi fundamental makro Indonesia, investor bisa mengakumulasi kepemilikan saham bluechips. “Apalagi, saham-saham yang turun lebih dari 20% saat sell off,” kata Arief.
Lantas, apa saham pilihan yang direkomendasikan? Arief sudah mendata sembilan saham yang mengalami penurunan harga lebih dari 20% sepanjang tahun ini. Dia mencontohkan harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang terkoreksi 28%. Meski dalam jangka pendek kinerja BBRI akan terkena dampak kenaikan BI rate, FasBI, dan infl asi dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), saham ini masih layak untuk dikoleksi.
Investor saham Adrian Maulana mengingatkan agar investor tidak panik. Kondisi bearish bisa menjadi pintu masuk ke bursa. Sebelumnya, investor harus bisa membaca situasi arah pergerakan bursa. Selama ini dia memakai indikator price to earning ratio (PER). Jika PER suatu saham di atas PER pasar, Adrian biasa melepas kepemilikannya. “Dua minggu sebelum turun sudah saya kurangi dan sekarang beli saham bagus yang murah,” katanya.
Ekonom Adrian Panggabean meminta investor lokal meniru pola investasi yang diterapkan Adrian Maulana. Kalau investor asing “mudik”, mestinya investor lokal yang masuk. Selama ini, investor lokal sekadar mengekor asing dan melihat indeks. Seharusnya, investor melihat valuasi fundamental saham- saham bagus di bursa.
Baginya, bila investor percaya pada sebuah emiten, fundamental usaha, dan prospek kinerja ke depan, tak perlu ragu untuk membeli sahamnya. “Kita beli tanah pakai valuasi, tapi beli saham mikirin harga,” sindir Adrian Panggabean.
***Sumber : KONTAN MINGGUAN 40 - XVII, 2013 Laporan Utama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News