kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Rekomendasi Saham yang Diuntungkan dan Dirugikan Saat Rupiah Perkasa


Selasa, 02 Mei 2023 / 09:56 WIB
Simak Rekomendasi Saham yang Diuntungkan dan Dirugikan Saat Rupiah Perkasa
ILUSTRASI. rekomendasi saham saat rupiah menguat


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berada di bawah Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Bloomberg, sejak awal tahun, rupiah menguat dan berada di level Rp 14.683 per dolar AS pada Senin (2/5).

Di tengah penguatan kurs rupiah ini, ada sektor-sektor bisnis yang diuntungkan dan juga dirugikan.

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, emiten yang mendulang keuntungan berkat penguatan rupiah merupakan perusahaan yang bahan baku produksinya dominan impor.

Contohnya adalah emiten farmasi, konstruksi, dan otomotif. Penguatan rupiah akan menurunkan beban biaya atau kerugian kurs nilai tukar terhadap mata uang lain.

Selain itu, penguatan rupiah juga menguntungkan bagi para emiten yang mempunyai porsi utang dalam dolar AS yang besar. Pasalnya, hal ini membuat nominal utang beserta bunganya tidak akan terlalu membengkak.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Lanjut Menguat pada Selasa (2/5), Investor Menanti Data Inflasi

Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian menyampaikan, mayoritas emiten yang berorientasi impor berada pada sektor barang konsumsi.

"Secara prospek, sektor ini dapat diperhatikan karena ada potensi peningkatan pendapatan dan pemulihan konsumsi masyarakat pada tahun 2023," ucap Rio saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (1/5).

Hal ini terlihat dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mulai stabil menyentuh level pra-pandemi. IKK per Maret 2023 tercatat sebesar 123,3, tak jauh berbeda dari rata-rata IKK pra-pandemi di 124,5. Di sisi lain, Indeks PMI Manufaktur Indonesia naik ke 51,9 per Maret 2023, relatif di atas level ekspansif yakni 50.

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan memperkirakan, inflasi tahun 2023 secara tahunan akan turun ke 1%-3%. Progres penurunan tingkat inflasi terlihat dari inflasi bulan Maret 2023 yang sebesar 4,97% year on year (YoY) lebih rendah level 5,47% YoY pada Februari 2023.

Sebaliknya, emiten yang dirugikan dengan pelemahan dolar AS adalah emiten yang berorientasi ekspor atau sebagian besar pendapatannya berasal dari ekspor. Pasalnya, penguatan rupiah berpotensi menurunkan pendapatan dari emiten tersebut.

Menurut Rio, mayoritas emiten yang berorientasi ekspor berada pada sektor energi. Secara prospek, sektor energi juga tidak semenarik beberapa tahun lalu karena adanya moderasi harga kontrak batubara dengan kecenderungan pelemahan dan kondisi nilai tukar rupiah yang cenderung menguat beberapa waktu terakhir.

Bernada serupa, Cheril juga menilai bahwa emiten berbasis ekspor merupakan pihak yang dirugikan dengan penguatan kurs rupiah. Dua di antaranya adalah MYOR, INKP, serta emiten-emiten dari sektor energi.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Saat Fenomena Sell In May and Go Away di Tahun 2023

"Sebagian besar pendapatannya dari ekspor yang pembayarannya menggunakan dolar AS sehingga akan  sedikit berdampak negatif ke kinerjanya," kata Cheril.

Ia menyarankan investor untuk memperhatikan saham-saham yang diuntungkan dengan penguatan rupiah. Pilihannya jatuh pada ASII yang termasuk sektor otomotif, ADHI sektor konstruksi, serta PEHA dan KLBF yang merupakan sektor farmasi.

Cheril merekomendasikan ASII dengan target harga Rp 7.200 per saham, ADHI Rp 460, PEHA Rp 750, dan KLBF Rp 2.320 per saham. Kemudian, berdasarkan analisis yang dilakukan Phintraco Sekuritas,  saham yang dapat diperhatikan adalah INDF dan JPFA.

Menurut Rio, saham-saham tersebut, memiliki rasio keuangan, seperti NPM, ROA, ROE, dan DER yang relatif baik dibandingkan peers. Rasio harga, yakni PER dan PBV juga relatif lebih rendah dibandingkan PER dan PBV sektoral.

INDF mempunyai PER 8,87x dan PBV 1,05x, sementara JPFA memiliki PER 8,75x dan PBV 0,98x. Keduanya lebih rendah dari sektor konsumsi barang primer per Maret 2023 yang memiliki PER 15,99x dan PBV 1,75x.

 

Secara teknikal, Rio merekomendasikan wait and see untuk INDF dan JPFA. Resistance terdekat INDF diperkirakan berada di Rp 6.600 dengan pivot Rp 6.475 dan support Rp 6.350. Lalu, resistance JPFA di Rp 1.110 dengan pivot Rp 1.050 dan support Rp 995.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×