kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO) di tengah kenaikan harga nikel


Jumat, 23 April 2021 / 15:50 WIB
Simak rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO) di tengah kenaikan harga nikel
ILUSTRASI. Site pertambangan mineral nikel nickel PT Vale Indonesia Tbk INCO di Sorowako, Sulawesi Selatan.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) diyakini masih prospektif di tengah kenaikan harga nikel dunia. Meskipun terdapat potensi penurunan volume produksi, kinerja INCO akan tertutupi dengan prospek harga nikel tahun ini.

Isnaputra Iskandar, Analis Maybank Kim Eng Sekuritas merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp 7.000 per saham. Isnaputra menyebut, INCO adalah penerima manfaat utama dari harga nikel yang solid, didorong oleh pemulihan ekonomi global dan meningkatnya permintaan dari kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

Adapun volume produksi INCO pada kuartal pertama 2021 turun 13,7% secara year-on-year yoy) menjadi 15.198 ton karena adanya pemeliharaan terjadwal. Penurunan ini sudah diprediksi sebelumnya oleh Maybank Kim Eng Sekuritas.

Realisasi ini mencerminkan  23,6% dari asumsi  produksi tahun ini yang dipasang Isnaputra yakni sebesar 64.521 ton atau menurun 11,4% yoy. Meskipun volume produksi menurun, Maybank Kim Eng memperkirakan laba kuartal-I 2021 akan tumbuh 29,2% yoy menjadi US$ 37,5 juta.

Baca Juga: Rebuild tanur bikin produksi Vale Indonesia turun, simak rekomendasi saham INCO

Ada sejumlah faktor yang akan mendorong kenaikan laba ini. Pertama, kenaikan harga jual rerata atau average selling price (ASP) sebesar 32,4% yoy menjadi US$ 13.806 per ton. Kedua, penurunan pajak penghasilan badan efektif sebesar 22%, yang pada kuartal pertama tahun lalu mencapai 25,7%.

Di sisi lain, keduanya juga mengimbangi  perkiraan total biaya yang lebih tinggi (biaya pokok penjualan dan biaya operasional) sebesar US$ 10.500 per ton atau naik 12,6% yoy. Kenaikan ini didorong oleh harga batubara acuan yang naik 29% yoy menjadi US$ 88 per ton serta harga minyak yang naik 20% yoy menjdi US$ 61 per barel.  Adapun biaya bahan bakar dan batubara menyumbang 20% dari total biaya INCO pada 2020.

Meski produksi di kuartal pertama menurun, Isnaputra memperkirakan volume produksi akan meningkat di sisa kuartal  setelah aktivitas penambangan yang kembali ke tingkat normal.

Baca Juga: Produksi nikel Vale Indonesia (INCO) menurun 14% di kuartal pertama 2021

Dia memperkirakan, laba Vale Indonesia akan cenderung solid seiring harga nikel yang kuat. “Kami melihat adanya kenaikan pada perkiraan laba bersih 2021, jika harga nikel yang saat ini sebesar US$ 16.000 per ton bisa bertahan,” tulis Isnaputra dalam riset tanggal 20 April 2021.

Dengan asumsi volume produksi tahun ini sebesar 64.521 ton dengan total biaya produksi US$ 11.000 per ton, Maybank Kim Eng memperkirakan laba bersih  INCO tahun 2021 dapat mencapai US$ 111,2 juta. Proyeksi ini lebih tinggi 34,3% dari perkiraan laba bersih yang dipasang sebelumnya, yakni sebesar US$ 82,8 juta

Di sisi lain, faktor risiko atas rekomendasi ini adalah jatuhnya harga nikel dan ketidakpastian peraturan (regulasi). 

Baca Juga: Penyokong emiten sektor logam bergantung pada prospek kenaikan harga nikel & tembaga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×