kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penyokong emiten sektor logam bergantung pada prospek kenaikan harga nikel & tembaga


Senin, 19 April 2021 / 07:00 WIB
Penyokong emiten sektor logam bergantung pada prospek kenaikan harga nikel & tembaga


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel dan tembaga berpotensi lanjut menguat di sepanjang tahun ini. Emiten sektor logam yang memiliki lebih banyak bisnis di kedua komoditas tersebut akan lebih diuntungkan. 

Tahun lalu sektor logam diperkirakan menjadi primadona seiring kenaikan harga komoditas. Namun, pergerakan harga saham emiten di sektor ini tidak kompak menguat. Berdasarkan RTI harga saham PT Aneka Tambang (ANTM) berhasil menguat 23% secara year to date (ytd). Menyusul, kinerja PT Timah (TINS) juga tumbuh 5,39% ytd. 

Namun, pergerakan saham PT Vale Indonesia (INCO) menurun 14,71% di periode yang sama. Sementara, saham PT Merdeka Copper Gold (MDKA) stagnan di periode yang sama. 

Meski pergerakan harga saham sektor logam saat ini belum kompak menguat, Analis Henan Putihrai Sekuritas Meilki Darmawan mengatakan prospek bisnis sektor logam berpotensi berkinerja positif. Meilki memandang harga saham MDKA stagnan karena pelaku pasar belum merefleksikan potensi kenaikan rata-rata harga jual di 2021, terkhusus di segmen tembaga.  

Baca Juga: Pemerintah merespons positif rencana perluasan investasi perusahaan elektronik

Sementara, Meilki mengatakan harga saham INCO menurun karena terdampak sentimen negatif terkait proses perbaikan furnace smelter nikel. Walaupun proses penyelesaian akan diundur, Meilki tetap melihat proses perbaikan akan tetap dilakukan di tahun ini.

Meilki memandang emiten sektor logam yang memiliki eksposur bisnis  nikel dan tembaga, dalam jangka panjang berpotensi catatkan fundamental kinerja yang positif. Meski, tidak dipungkiri harga nikel berpotensi tertekan dalam jangka pendek karena Tiongkok ingin melakukan pengendalian harga nikel. 

Kompak, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mengatakan faktor yang menekan pergerakan harga saham sektor logam adalah harga nikel dan emas yang sedang melemah. Tercatat harga nikel dalam London Metal Exchange tiga bulanan, Jumat (16/4) berada di US$ 16.363 per ton. Harga tersebut menurun 16% sejak sentuh level tertinggi di Februari 2021. Sementara, harga emas spot tercatat turun 13% sejak harga sempat sentuh level tertinggi di US$ 2.063 per ons troi pada Juni 2020 menjadi ke US$ 1.776 per ons troi di akhir pekan lalu. 

Baca Juga: Saham Aneka Tambang (ANTM) masih direkomendasikan buy, ini pertimbangannya




TERBARU

[X]
×