Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Chandra juga menuturkan, potensi pertumbuhan kinerja yang terbatas disebabkan perkembangan bisnis dari PGAS banyak ditentukan dari pertumbuhan volume distribusi yang ditargetkan sebesar 4% di tahun 2024.
Sehingga dampaknya akan sangat terbatas terhadap pertumbuhan laba perseroan.
Upstream lifting, sebagai kontributor terbesar kedua, diekspektasikan menurun jumlah produksi 11% (sesuai guidence dari PGN) karena menurunnya kualitas cadangan. "Ini membuat peluang pertumbuhan dari PGAS menjadi terbatas," paparnya.
Baca Juga: Diwarnai Beragam Sentimen, Simak Prospek dan Rekomendasi Saham PGAS
Sukarno melanjutkan, harga LNG global yang tinggi juga dapat menekan keuntungan margin. Lalu, persaingan dari perusahaan gas lain dan sumber alternatif lain yang mempengaruhi pangsa pasar, serta fluktuasi nilai tukar.
Head of Research Mega Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menambahkan, tekanan kinerja PGAS juga dipengaruhi kas perseroan yang cukup terbatas sehingga menjajakan Blok Fasken. "Fluktuasi harga gas global juga menimbulkan ketidakpastian," sambungnya.
Oleh sebab itu, analis menilai prospek pertumbuhan kinerja PGAS cenderung terbatas. Diperkirakan pertumbuhannya sekitar 4%, sejalan dengan guidance perseroan.
Baca Juga: Medco E&P Grissik Optimistis Penuhi Target Produksi Tahun Ini
Dari saham, Sukarno mencermati, harga PGAS saat ini diperdagangkan di PE 6 kali dan PBV di bawah 1 kali atau di 0,61 kali, sehingga harganya tergolong murah.
Oleh sebab itu, Sukarno merekomendasikan trading buy PGAS dengan target harga minor di Rp 1.200. Sementara Cheril merekomendasikan hold dengan target harga Rp 1.200. Adapun Chandra menyematkan rating netral untuk PGAS dengan target harga Rp 1.220.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News