kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,11   -0,53   -0.06%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak racikan portofolio di tengah ancaman virus corona


Selasa, 28 Januari 2020 / 22:36 WIB
Simak racikan portofolio di tengah ancaman virus corona
ILUSTRASI. Investor melintas di depan papan pergerakkan saham emiten di Bursa Efek Indonesia.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Virus corona tidak hanya berdampak negatif pada kesehatan. Pertumbuhan ekonomi global juga terancam melambat karena bibit penyakit ini muncul dan melumpuhkan aktivitas sebuah negara dengan ekonomi terbesar di dunia, yaitu China. 

Tidak heran bila kondisi ini turut mengkhawatirkan investor hingga mengalihkan dana investasi mereka ke aset yang lebih aman (safe haven). Mengutip Bloomberg, Selasa (28/1), harga emas berjangka untuk pengiriman April 2020 di Commodity Exchange naik 0,13% dan menyentuh rekor tertinggi sejak lebih dari lima tahun silam di US$ 1.585 per ons troi. 

Baca Juga: Simak rekomendasi sektor saham pilihan analis di tengah kekhawatiran virus corona

Aset safe haven lain, seperti dolar AS dan yen juga cenderung menguat setelah kekhawatiran terhadap virus corona yang mematikan semakin tinggi. Data terbaru memperlihatkan, jumlah korban akibat virus corona mencapai 106 dengan tingkat kasus baru sebanyak 4.500 dan tersebar di 16 negara. 

Perencana keuangan Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan China memiliki ekonomi kuat dan tidak ada negara yang tidak bekerjasama dengan China. Maka ketika pertumbuhan ekonomi China berpotensi menurun karena imbas dari virus corona, kegiatan ekonomi negara lain juga berpotensi melambat. 

Meski begitu Eko optimistis dampak negatif virus corona akan mereda. Dengan kata lain saat aset berisiko kini cenderung terkoreksi, maka ini saatnya investor untuk akumulasi beli saham di harga murah. 

"Ingat, harga saham turun bukan karena perusahaan itu fundamentalnya jelek tetapi karena sentimen global yang tidak mendukung, ketika wabah corona selesai maka pasar saham bisa bullish kembali," kata Eko, Selasa (28/1). 

Senada, Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo mengatakan tren penguatan aset safe haven hanya sementara dan akan berbalik melemah jika penyebaran virus corona mereda. 

Sementara, Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyarankan untuk jangka pendek baiknya investor tahan dulu untuk masuk ke saham. "Paling tidak tunggu sampai virus corona ini ada titik terang, waktu kasus SARS dan flu burung dibutuhkan sekitar tiga bulan hingga empat bulan untuk capai titik terang tentang penyelesaian atau pencegahan penyakit tersebut," kata Wawan. 

Namun, untuk investasi jangka panjang Wawan masih menilai saham sektor keuangan menarik untuk dimiliki karena valuasi murah. Sentimen positif sektor keuangan datang dari permodalan yang semakin kuat. 

Selain itu, sektor telekomunikasi juga menarik karena memiliki prospek kinerja disokong dengan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. 

Selain saham, Wawan mengatakan investasi di obligasi tetap menarik karena bisa menjanjikan penghasilan tetap dalam bentuk kupon. Investor bisa beli obligasi negara atau korporasi atau dimiliki lewat reksadana pendapatan tetap atau terproteksi. 

Baca Juga: Virus corona meluas, berikut sektor-sektor saham yang terdampak

Secara umum, Wawan menyarankan racikan portofolio di tahun ini 50% berbasis obligasi, 30% pada pasar uang dan 20% di saham. Dengan alokasi seperti ini, Wawan memproyeksikan investor bisa mendapatkan imbal hasil sekitar 7,5%. 

Sedangkan racikan alokasi portofolio menurut Soni terdiri dari 15% di emas atau deposito, 60% obligasi dan 25% saham. 

Sektor yang menurut Soni menarik adalah saham di sektor kesehatan seperti rumahsakit dan perusahaan obat yang cukup defensif. Namun, Soni menilai tidak banyak pilihan saham di sektor tersebut. 

Soni memproyeksikan investor akan cenderung kembali membeli saham dengan fundamental kuat seperti perbankan, telekomunikasi dan konsumer. 

Eko mengingatkan saat kondisi pasar keuangan tidak pasti, investor lebih baik mengutamakan untuk menyiapkan dana cadangan. "Racikan investasi tidak perlu dipusingkan karena tetap akan balik membaik dan dana cadangan harus disiapkan agar jangan sampai kita melepas investasi di saat kinerja turun, itu berarti merealisasikan kerugian," kata Eko. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×