CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.952   -55,00   -0,35%
  • IDX 7.219   4,46   0,06%
  • KOMPAS100 1.104   1,73   0,16%
  • LQ45 878   2,09   0,24%
  • ISSI 218   0,18   0,08%
  • IDX30 449   1,01   0,23%
  • IDXHIDIV20 542   2,07   0,38%
  • IDX80 127   0,23   0,18%
  • IDXV30 136   0,49   0,36%
  • IDXQ30 150   0,41   0,28%

Simak Proyeksi Rupiah Usai Lebaran Nanti


Senin, 08 April 2024 / 20:00 WIB
Simak Proyeksi Rupiah Usai Lebaran Nanti
ILUSTRASI. PRECIOUS-Gold marches higher on firm demand from top Asian cenbanks * Gold hits an all-time high at $2,353.79 per ounce * UBS sees gold at $2,500 by end of 2024 (Rewrites throughout, adds analyst comment) By Harshit Verma April 8 (Reuters) - Gold prices rose on Monday to hit a record peak for the seventh consecutive session, a move that analysts anticipate could be driven by strong official sector demand from Asia, despite traditional headwinds from a stronger U.S. dollar and elevated interest rates. Spot gold was up 0.3% at $2,335.70 per ounce as of 1002 GMT, after hitting a record high of $2,353.79 earlier in the session. U.S. gold futures gained 0.4% to $2,354.70. "Gold bulls may have taken their latest cues from the People?s Bank of China (PBoC), which extended its buying spree of the precious metal for a 17th straight month in March," said Han Tan, chief market analyst at Exinity Group. China held 72.74 million fine troy ounces of gold at the end of March, up from 72.58 million ounces at the end of February, official data showed on Sunday. "With the PBoC as well as the Reserve Bank of India soaking up bullion to buffer their respective reserves, this massive buying spree by global central banks is certainly fuelling spot gold?s price surge." Bullion has risen over 13% this year, despite headwinds from strong U.S. economic data , and bets that interest rate cut could be delayed beyond June. "There's only two buyers in my book that would have that kind of attitude towards gold. One could be program buying by a central bank. The other alternative, impervious to market fundamentals, is option buying," said independent analyst Ross Norman. UBS raised its year-end target for bullion to $2,250 per ounce, in view of firmer demand and with a pickup in exchange-traded-fund (ETF) buying likely ahead. Meanwhile, non-official physical gold demand in India remained tepid last week as a blistering rally in domestic prices put off buyers in the price-sensitive region, while premiums held firm in top consumer China. Spot silver was up 1.1% at $27.77 per ounce, platinum climbed 1.2% higher at $937.90 and palladium rose 0.9% at $1,012.10.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 0,28% ke level Rp 15.848 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat pekan lalu (5/4). Selama sepekan, rupiah melemah 0,16%. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan sentimen yang membuat rupiah menguat yaitu, karena antisipasi data utama nonfarm payrolls mendorong lebih banyak kehati-hatian terhadap suku bunga AS. 

Selain itu, Ibrahin mengatakan bahwa kekhawatiran akan memburuknya konflik di Timur Tengah, ketika Iran mengancam akan melakukan tindakan militer terhadap Israel, membuat selera risiko sebagian besar tetap lemah. Volume perdagangan regional juga melemah karena libur pasar Tiongkok.

Komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve juga mendukung greenback, setelah Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa inflasi yang tinggi dapat menyebabkan bank sentral tidak memangkas suku bunga sama sekali pada tahun 2024.

Baca Juga: Cadangan Devisa RI Diperkirakan Terus Turun Selama The Fed Belum Turunkan Suku Bunga

Dia mengatakan, sentimen dari dalam negeri yaitu, posisi cadangan devisa Indonesia pada Maret 2024 melanjutkan tren penurunan. Bank Indonesia (BI) melaporkan, cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2024 mencapai US$ 140,4 miliar, menurun dibandingkan posisi pada akhir Februari 2024 sebesar US$ 144,0 miliar.

“Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” kata Ibrahim dalam risetnya, Jumat (5/4). 

Sedangkan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Sementara itu, untuk perdagangan Selasa mendatang (16/4), rupiah diproyeksikan fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 15.810 per dolar AS-Rp 15.870 per dolar AS. 

Baca Juga: Rupiah Berpeluang Melemah Terbatas Pada Perdagangan Jumat (5/4), Simak Sentimennya

Selaras dengan hal ini, Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong  mengatakan, rupiah dalam sepekan ini lebih banyak tertekan oleh faktor domestik. Sentimen negatifnya datang dari investor yang melepas Surat Berharga Negara (SBN) akibat kekhawatiran prospek ekonomi Indonesia ke depan.

“Karena saat ini ekonomi Indonesia sedang berada di tengah harga komoditas yang rendah, sehingga menekan nilai ekspor dan surplus yang akhirnya menekan cadangan devisa,” kata dia. 

Selain itu, Lukman mengatakan bahwa dolar AS sendiri cenderung range bound sedikit melemah hingga Jumat sore ini. Pasalnya, data cadangan devisa juga menurun Rp 3.6 miliar, lebih besar dari perkiraan untuk turun Rp 1 miliar. 

Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Melemah ke Rp 15.915 Per Dolar AS Pada Hari Ini (5/4)

“Namun intervensi BI menjaga rupiah di bawah Rp 16.000 dan ditutup menguat. Ada spekulasi berkembang bahwa BI akan kembali menaikkan suku bunga untuk menahan depresiasi rupiah,” ujarnya. 

Lukman memproyeksikan, pada pekan depan rupiah masih akan berada di bawah tekanan dolar AS. Sehingga investor mengantisipasi data inflasi AS dan pernyataan the Fed dalam risalah pertemuan FOMC. 

“Namun data malam ini, tenaga kerja AS NFP juga akan dirilis, ini akan mempengaruhi tren dolar AS dan rupiah minggu depan,” kata dia. 

Lukman memprediksi, pada perdagangan Selasa mendatang (16/4), rupiah diproyeksikan akan ditutup menguat di rentang Rp 15.750 per dolar AS-Rp 16.000 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×