Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar domestik diperkirakan masih akan berat di pekan terakhir bulan Mei. Salah satu sentimen yang paling berpengaruh adalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) di akhir bulan ini.
Melansir RTI, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,59% selama seminggu dan 1,91% dalam sebulan. Namun, IHSG masih turun 0,69% sejak awal tahun 2024 alias year to date (YtD). Aliran dana asing di pasar reguler tercatat masih keluar Rp 511,5 miliar.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy bilang, penurunan performa IHSG secara YtD itu karena Indonesia tengah mengalami triple defisit, yaitu pada transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial, serta neraca pembayaran.
“Sejak awal tahun, harga saham yang tercatat merosot adalah bank-bank besar, TLKM, dan ASII,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (26/5).
Baca Juga: IHSG Berpotensi Konsolidasi pada Akhir Mei, Begini Trading Plan dari Ajaib Sekuritas
Budi melihat, pergerakan IHSG hingga akhir Mei masih akan stagnan seperti level saat ini. Sentimennya adalah masih adanya aliran dana asing yang keluar. Namun, tidak menutup kemungkinan bisa mulai ada aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi.
“IHSG mungkin bisa ke level 7.300 hingga akhir bulan Juni,” ungkapnya.
Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengatakan, risalah pertemuan kebijakan FOMC pada 30 April - 1 Mei yang rilis Rabu kemarin menaikkan keraguan kapan The Fed akan memulai penurunan tingkat suku bunga. Meskipun begitu, probabilitas pemotongan di bulan September 2024 masih terbuka.
“Kinerja keuangan emiten-emiten di indeks S&P 500 yang sangat baik dan didukung optimisme saham di bidang teknologi artificial intelligence (AI) membuat pasar saham Amerika Serikat (AS) bisa bergerak anomali dibandingkan sebagian besar bursa dunia,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (26/5).
Pelaku pasar juga mulai ragu kapan European Central Bank (ECB) akan memulai program pemotongan bunga di kawasan Eropa. Pengelola dana kini mulai mengalihkan dana dari pasar ekuitas AS ke Eropa, termasuk Jerman, Jepang, China dan pasar negara berkembang.
Di sisi lain, potensi harga minyak masih tetap tinggi, mengingat peningkatan permintaan dunia yang mengimbangi penurunan permintaan di AS.
“Bank Indonesia (BI) juga diperkirakan memiliki ruang yang lebih kecil untuk mulai melakukan pemotongan bunga BI rate di tahun ini,” tuturnya.
Pekan ini, perilaku pelaku pasar dipengaruhi beberapa faktor, seperti pidato Anggota FOMC The Fed dan menanti data Inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) AS di akhir pekan nanti.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Rawan Koreksi, Cermati Saham Rekomendasi Analis pada Senin (27/5)
“IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 7.179 sampai dengan level 7.023 dan resistance di level 7.374 sampai level 7.454 di pekan terakhir Mei,” ungkapnya.
Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus mengatakan, sektor banking menjadi pemberat di IHSG sejak awal tahun. Sebab, kinerja sektor perbankan di kuartal I 2024 tidak sesuai ekspektasi dan kondisi ekonomi global yang masih belum kondusif.
Arah IHSG pun diperkirakan masih akan tertekan ke bawah level 7.150 di akhir bulan Mei. Sebab, inflasi AS masih tinggi, sehingga The Fed masih belum akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
“Selain itu, The Fed akan kembali menggelar rapat di akhir bulan ini,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (26/5).
Terkait sentimen positif dari domestik, BI memutuskan BI rate tetap di 6,25% dan rupiah terpantau stabil di dekat level Rp 16.000 per dolar AS. Pada perdagangan Rabu (22/5) lalu, rupiah di pasar spot ditutup naik 0,02% ke posisi Rp 15.995 per dolar AS.