Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mengakuisisi 50% saham PT Samudra Harmoni Prakarsa untuk menjalin kerja sama pengelolaan kapal pengangkut klinker.
Sekretaris Perusahaan INTP, Dani Handajani mengatakan, aksi korporasi itu dilakukan Indocement melalui anak usahanya, PT Bahana Indonor.
Pihak-pihak yang terlibat dalam penandatanganan kontrak tersebut adalah PT Lintas Armada Indonesia (LAI) dan Hendy Williams sebagai penjual, serta Bahana Indonor sebagai pembeli.
Dani menyebutkan, nilai transaksi jual beli saham Samudra Harmoni Prakarsa tersebut sebesar Rp 47,25 miliar. Alasan transaksi adalah dalam rangka kerja sama pengelolaan dan pengoperasian Kapal MV Harmoni 1 untuk pengangkutan klinker, batu bara, atau kargo lainnya.
“Informasi mengenai fakta material yang diungkapkan sehubungan dengan penjualan dan pembelian saham ini tidak memiliki dampak negatif yang material terhadap kegiatan operasional, kondisi hukum atau keuangan, atau kelangsungan bisnis INTP,” ungkapnya.
Baca Juga: Mengawali Langkah di Tahun Baru 2025, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, akuisisi 50% saham Samudra Harmoni Prakarsa oleh INTP senilai Rp 47,25 miliar merupakan langkah strategis yang berpotensi memperkuat efisiensi operasional perusahaan. Terutama, dalam pengelolaan logistik batubara sebagai bahan bakar utama.
Langkah ini mencerminkan upaya INTP untuk menekan biaya produksi di tengah tekanan margin akibat persaingan ketat di industri semen domestik.
Namun, dampak positif dari akuisisi tersebut mungkin tidak langsung terlihat dalam waktu dekat, mengingat proses integrasi dan implementasi efisiensi memerlukan waktu.
“Meskipun begitu, dalam jangka panjang, aksi korporasi tersebut bisa memberikan kontribusi positif bagi keberlanjutan bisnis INTP,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (1/1).
Baca Juga: INTP Akuisisi 50% Saham Samudra Harmoni Prakarsa Untuk Kelola Kapal Angkut Klinker
Hendra memprediksi, kinerja INTP untuk tahun 2024 diperkirakan akan mencatat perbaikan dibandingkan tahun 2023, meskipun tidak signifikan. Proyek infrastruktur strategis yang berjalan di kuartal akhir tahun 2024 dapat mendorong peningkatan volume penjualan.
Namun, oversupply di pasar semen domestik tetap menjadi tantangan utama yang menekan harga jual dan margin keuntungan.
“Di sisi lain, penurunan harga batubara sebagai bahan bakar utama bisa menjadi katalis positif bagi efisiensi biaya,” ungkapnya.
Di tahun 2025, kinerja INTP kemungkinan masih menghadapi tekanan akibat kebijakan pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto yang lebih fokus pada efisiensi anggaran infrastruktur.
Baca Juga: Aksi ESG, Indocement (INTP) Komitmen Lebih Hijau dengan Semen Ramah Lingkungan
Penurunan permintaan semen untuk proyek-proyek besar juga berpotensi menghambat pertumbuhan, sementara oversupply terus membayangi pasar domestik.
“Meskipun demikian, upaya INTP untuk memperluas pasar ekspor dapat menjadi salah satu solusi untuk mendiversifikasi pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada pasar lokal,” paparnya.
Sentimen positif yang dapat mendorong kinerja INTP di tahun 2025 adalah efisiensi biaya dari akuisisi SHP, penurunan harga batubara, dan peluang ekspor yang lebih besar.
“Namun, adanya oversupply, persaingan ketat, serta kebijakan pemerintah yang membatasi pembangunan infrastruktur tetap menjadi hambatan utama di tahun ini,” tuturnya.
Baca Juga: Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Awal 2025
Hendra merekomendasikan buy on weakness untuk di level Rp 7.100 per saham, karena valuasi saham di level ini cukup menarik dengan potensi kenaikan harga hingga Rp 8.400 per saham.
“Meskipun tantangan tetap ada, langkah strategis INTP melalui akuisisi ini memberikan sinyal positif untuk mempertahankan daya saing di tengah tekanan industri yang berat,” katanya.
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, William Hartanto melihat, pergerakan saham INTP berada di level support Rp 7.250 per saham dan resistance Rp 7.900 per saham.
“Trennya menguat dengan indikator MACD membentuk bullish divergence,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (2/1). William pun merekomendasi buy on weakness untuk INTP dengan target harga Rp 7.900 per saham.
Selanjutnya: Cek Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2025
Menarik Dibaca: Promo KFC Beli Ayam Goreng Gratis Coke Rp 15.000 sampai 5 Januari 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News