Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas minyak mentah Brent diperkirakan masih akan tinggi, dan lebih dari US$ 80 per barel di akhir tahun 2021, karena varian Delta menurun tetapi tidak mengurangi permintaan minyak global.
Senior Investment Startegist OCBC Bank, Vasu Menon, melihat hal tersebut akan terjadi pada minyak Brent, tetapi, dalam waktu 12 bulan, ia melihat harga minyak masih akan turun secara moderat ke angka US$ 76 per barel.
“Minyak kemungkinan akan turun secara moderat ke US$ 76 per barel dalam waktu 12 bulan dengan latar belakang fundamental yang kurang mendukung yang dapat menyebabkan peningkatan penyimpanan,” kataVasu dalam riset bulan OCBC.
Baca Juga: Kilau emas memudar, bagaimana prospek saham Aneka Tambang (ANTM)?
Saat ini, ia juga melihat penyebaran varian delta baru-baru ini, terutama di China, telah menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan pemulihan ekonomi global.
Akan tetapi, dampak negatif dari penyebaran virus terhadap pasar komoditas minyak akan hilang karena wabah Covid-19 yang terkendali di China, sementara mobilitas terus berjalan di Eropa dan AS.
“Penurunan lebih lanjut dalam persediaan minyak AS menunjukkan permintaan yang stabil di tengah penyebaran virus varian Delta. Hal ini pada gilirannya menambah prospek bahwa harga minyak bisa mendapatkan kembali kekuatan yang hilang,” katanya.
Baca Juga: Harga emas spot ditutup melemah 0,9% usai imbal hasil obligasi AS melonjak
Untuk komoditas emas, Vasu melihat emas masih memiliki tempat tersendiri dalam portofolio investor, tetapi alokasinya cenderung lebih kecil dari sebelumnya. Ia melihat ada tiga alasan untuk tetap berhati-hati pada prospek emas mengingat prospek kenaikan imbal hasil AS selama 6-12 bulan ke depan.
Dalam pandangannya, alasannya dapat datang dari RUU infrastruktur bipartisan, yang akan disahkan oleh Kongres, hal ini dapat menghambat bagi pertumbuhan AS.
Selain itu, hambatan akan varian delta pada pertumbuhan AS kemungkinan akan jauh lebih sederhana dibandingkan dengan gelombang infeksi sebelumnya.
Terakhir, laporan ketenagakerjaan AS bulan Juli, menunjukkan kenaikan kuat dalam pasokan tenaga kerja yang secara tajam menurunkan tingkat pengangguran.
Vasu menaksir, penurunan harga emas tetap merupakan hasil yang paling memungkinkan terjadi, Ia melihat emas akan turun secara bertahap di bawah US$ 1.700 per ons troi dalam waktu 6-12 bulan ke depan.
Baca Juga: Didominasi sentimen global, simak prediksi pergerakan IHSG untuk Rabu (29/9)
Untuk pasar mata uang, terutama dolar AS, Vasu mengamati nada dovish dari Ketua Fed Jerome Powell di Jackson Hole meningkatkan selera risiko lebih lanjut dan telah membuat dolar AS di bawah tekanan.
Vasu melihat, untuk jangka pendek untuk dolar AS akan negatif mengingat sikap risk-on yang diperpanjang ini. Secara keseluruhan, ia melihat dolar AS berada dalam fase bearish jangka pendek, di tengah tren kenaikan untuk jangka menengah.
Ke depan, menurutnya pendorong utama adalah kecepatan tapering, ini kemudian akan berdampak pada waktu kenaikan suku bunga Fed pertama kali.
Selanjutnya: Harga minyak naik untuk hari keenam di tengah kekhawatiran pasokan, Brent capai US$80
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News