kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

SIDO berharap tuah dari bisnis balsem


Senin, 08 Desember 2014 / 17:12 WIB
SIDO berharap tuah dari bisnis balsem
ILUSTRASI. Karyawan berjalan di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Diversifikasi produk menjadi strategi utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) untuk mendongkrak pertumbuhan bisnis. Perusahaan yang tersohor dengan produk pereda masuk angin bermerk "Tolak Angin" ini berencana merambah bisnis balsem mulai tahun depan.

Seperti halnya produk pereda masuk angin, SIDO pun akan memakai merk "Tolak Angin" untuk balsem yang diproduksinya. Untuk memproduksi balsem "Tolak Angin", SIDO akan memanfaatkan pabrik jamu seluas 38 hektare miliknya yang ada di Semarang, Jawa Tengah.

Reza Priyambada, Analis Woori Korindo Securities Indonesia menilai, rencana memproduksi balsem merupakan bagian dari strategi SIDO untuk memenangkan persaingan terutama di industri farmasi.

Selama ini, SIDO memang lebih mengandalkan penjualan produk-produk berbasis jamu dan minuman berenergi seperti "Kuku Bima". Citra merek produk-produk tersebut terbilang bagus dan melekat di benak masyarakat.

Seiring persaingan yang kian ketat, SIDO tentunya tidak bisa hanya mengandalkan pertumbuhan dari menjual produk jamu dan minuman berenergi. "Dengan memproduksi balsem, SIDO terlihat ingin mulai memacu produk-produk farmasinya," kata Reza, Senin (8/12).

Namun, Reza menilai, penetrasi penjualan produk balsem tidak akan sekencang minuman energi dan jamu. Pasalnya, balsem bukan merupakan produk yang dibeli dan digunakan secara rutin setiap hari oleh masyarakat.

Di sisi lain, peta persaingan bisnis balsem juga tidak bisa dibilang longgar. SIDO bakal bersaing dengan produk lama yang sudah lumayan melekat di masyarakat, seperti balsem "geliga" dan "cap lang".

"SIDO harus lebih jeli dalam menetapkan target pasar dari balsem yang akan dipasarkannya," terang Reza. Jika dicermati, rencana memproduksi balsem sejatinya merupakan bagian dari strategi SIDO menggenjot bisnis farmasi.

Pada Senin (8/12), harga SIDO ditutup turun 3,05% ke level Rp 635 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×