Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menembus rekor all-time high setelah ditutup menguat 0,77% ke level 7.049,69 pada perdagangan Kamis (24/3). Akan tetapi, pada Jumat (25/3) IHSG turun 0,67% ke posisi 7.002,53.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan, dalam seminggu ke depan, IHSG masih berpeluang menguat. Support IHSG dalam sepekan diprediksi berada di level 6.926 dengan resistance di 7.050.
Menurut Herditya, rilis data inflasi Indonesia akan menjadi salah satu sentimen yang memengaruhi IHSG pekan depan. Secara konsensus, inflasi diperkirakan meningkat pada rentang 2,4%-2,55%, masih di bawah batas aman.
Selain itu, para pelaku pasar juga masih akan mencermati perkembangan konflik Rusia-Ukraina. "Konflik ini nampaknya masih berpengaruh terhadap harga komoditas dunia sehingga diperkirakan dapat kembali mengangkat harga saham emiten-emiten berbasis komoditas," kata Herditya saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (27/3).
Baca Juga: IHSG Berpeluang Menguat, Berikut Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Senin (28/3)
Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo juga memprediksi, IHSG sepanjang pekan depan akan cenderung menguat seiring arus masuk dana asing yang terus terjadi. Support IHSG diperkirakan berada di level 6.950 dengan resistance di 7.100.
"Inflow asing ke pasar saham Indonesia didorong oleh sentimen outlook ekonomi Indonesia yang lebih baik, tren kasus Covid-19 yang menurun, dan kinerja emiten yang lebih positif," tutur Wisnu.
Arus masuk dana asing juga potensial berlanjut pada April 2022. Mengingat, memasuki triwulan kedua, banyak emiten perbankan yang biasanya merilis kinerja keuangan kuartal I-2022.
Wisnu optimistis, kinerja emiten-emiten perbankan besar masih akan solid sehingga mendorong investor asing untuk kembali mengoleksi saham-saham tersebut.
Herditya menambahkan, inflow asing ke pasar saham Indonesia juga dipengaruhi konflik Rusia-Ukraina. Meningkatnya tensi geopolitik kedua negara tersebut akan meningkatkan harga-harga komoditas sehingga membawa efek positif untuk kinerja emiten berbasis komoditas yang banyak menghiasi pasar saham dalam negeri.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi pada Akhir Pekan, Simak Saham Rekomendasi Analis untuk Senin (28/3)
Di sisi lain, investor asing juga melihat bahwa ekonomi Indonesia justru berpotensi semakin kuat di tengah ketidakpastian global. "Hal ini terlihat dari diperbolehkannya mudik Lebaran tahun ini dengan beberapa persyaratan serta terkendalinya kasus Covid di Indonesia," kata Herditya.
Lebih lanjut, menurut Wisnu, pelonggaran mudik Lebaran berpotensi menjadi katalis positif bagi IHSG. "Semoga banyak perusahaan yang membayarkan Tunjangan Hari Raya (THR) sehingga daya beli masyarakat akan semakin tinggi dan perputaran ekonomi di daerah semakin membaik," tutur Wisnu.
Saham-saham yang menarik dicermati
Herditya mengatakan, investor dapat memanfaatkan momentum inflow asing dan datangnya bulan Ramadan untuk mencermati saham-saham sektor barang konsumsi dan retail. Pasalnya, momentum Ramadan dan Lebaran menjadi sentimen positif bagi sektor tersebut seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap bahan pokok dan pakaian.
Secara teknikal, saham-saham yang menarik dicermati adalah MAPI dengan target harga Rp 880-Rl 920, ACES Rp 1.130-Rp 1.200, dan MYOR Rp 1.830-Rp 1.970. Seiring dengan potensi kenaikan harga komoditas, menurut Herditya, saham ENRG juga menarik dicermati dengan target harga Rp 176-Rp 188 dan DOID Rp 460- Rp 520.
Baca Juga: IHSG Menguat 0,68% Sepanjang Pekan Ini, Berikut Penopangnya
"Secara teknikal, emiten-emiten tersebut sedang berada pada fase uptrend," ucap Herditya.
Sementara itu, untuk jangka panjang, Wisnu menyarankan pelaku pasar untuk mencermati saham-saham menara telekomunikasi, seperti MTEL, TOWR, dan TBIG. Menurutnya, emiten-emiten ini masih memiliki prospek yang cerah seiring permintaan paket data yang semakin tinggi.
Pada kuartal I-2022, saham-saham menara juga belum banyak mencatatkan harga sehingga valuasinya masih tergolong murah. Wisnu merekomendasikan cicil beli saham-saham ini untuk jangka panjang.
Selain itu, Wisnu juga menyarankan pelaku pasar untuk mencermati saham-saham bank dengan strategi buy on weakness. Menurutnya, kinerja emiten bank masih akan menarik seiring dengan pemulihan ekonomi Indonesia yang masih berlangsung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News