Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melaju didukung sentimen domestik dan bursa regional pada perdagangan sesi I, Kamis (26/1). Mengacu data RTI, indeks menguat 0,43% atau 22,621 poin ke level 5.316,403 pukul 12.00 WIB.
Volume perdagangan 12,86 miliar lot saham dengan nilai transaksi 3,27 triliun. Tercatat ada 169 saham bergerak naik, 111 saham bergerak turun, dan 95 saham stagnan.
Delapan dari 10 indeks sektoral mendukung penguatan IHSG. Sektor industri dasar paling tinggi penguatannya 0,93%. Sementara sektor yang terkoreksi yakni aneka industri turun 0,25%, dan barang konsumsi turun 0,10%.
Aksi beli asing turut menopang laju perdagangan IHSG di rehat pertama. Net buy asing mencapai Rp 147,463 miliar.
Saham-saham yang masuk top gainers LQ45 antara lain; PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 3,91% ke Rp 2.390, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) naik 3,77% ke Rp 2.750, dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) naik 2,18% ke Rp 2.810.
Saham-saham yang masuk top losers LQ45 antara lain; PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) turun 2,11% ke Rp 11.600, PT Hanson International Tbk (MYRX) turun 1,90% ke Rp 155, dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) turun 1,82% ke Rp 6.725.
"Sentimen dari dalam negeri yang terbilang positif serta sentimen dari bursa saham di kawasan Asia yang melanjutkan kenaikan mendukung pergerakan IHSG," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere dikutip dari Antara.
Ia menambahkan bahwa ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh pada kisaran 5-5,1% pada 2016. Hal itu menunjukkan sesuatu yang baik karena kondisi ekonomi global masih melambat dan penuh ketidakpastian.
"Ekonomi yang tumbuh itu diiringi dengan pengendalian inflasi yang baik. Pada 2016, inflasi terjaga pada level 3,02%," katanya.
Sementara itu, pengamat pasar modal Aria Santoso mengatakan bahwa yang akan menjadi perhatian pelaku pasar selanjutnya adalah adanya harapan pertumbuhan ekonomi di AS yang dapat memicu perpindahan dana dari negara berkembang ke AS.
"Sebenarnya ada 'new hope' di AS berkenaan dengan ekonominya yang dikhawatirkan memicu 'capital outflow'," katanya.
Kendati demikian, ia optimistis investor masih terus mencari tempat investasi di negara berkembang yang memiliki prospek pertumbuhan bagus. Sejauh ini Indonesia masih dinilai positif ekonominya.
"Pemerintah Indonesia cukup tanggap menghadapi kondisi global sehingga masih menarik bagi investor global dan regional untuk masuk ke Indonesia," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News