Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Menguatnya peluang kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat alias Fed Fund Rate (FFR) berdampak negatif bagi pergerakan harga surat utang negara (SUN) pada Senin (21/11).
Merujuk situs Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per Senin (21/11), rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price terkoreksi 0,24% dibandingkan akhir pekan lalu menjadi 110,38.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menuturkan, penurunan harga obligasi negara di pasar sekunder pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh meningkatnya spekulasi kenaikan FFR pada Desember 2016.
Probabilitas kenaikan FFR sudah menggemuk ke level 98% pekan lalu. Ini merupakan imbas dari pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Janet Yellen yang memberikan sinyal adanya kenaikan FFR dalam waktu dekat.
"Dampak dari meningkatnya probabilitas kenaikan FFR di pasar surat utang adalah tren kenaikan imbal hasil surat utang global yang terjadi sejak pekan lalu," terangnya.
Namun, Made berpendapat, koreksi harga SUN yang terjadi pada perdagangan kemarin relatif terbatas. Ada katalis positif dari meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Di Pasar Spot, Senin (21/11) nilai tukar rupiah di hadapan dollar AS menguat 0,16% ke level Rp 13.406 dibanding sehari sebelumnya.
"Investor juga cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi yang tercermin pada penurunan volume perdagangan," paparnya.
Volume perdagangan SUN pada Senin (21/11) mencapai Rp 6,22 triliun, mengecil dari pencapaian akhir pekan lalu yang tercatat Rp 9,96 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News