Reporter: Sofyan Nur Hidayat, Dupla Kartini, Dina Farisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) loyo di atas level 11.500. Rupiah terus tertekan karena sentimen politik pasca pemilihan umum legislatif (pileg) yang tak sesuai ekspektasi pasar. Di pasar spot, Selasa (22/4), kurs rupiah turun 0,65% dari hari sebelumnya menjadi 11.521 per dollar AS. Padahal sejak awal tahun rupiah dalam tren menguat.
Level terkuat rupiah pada tahun ini dicapai di 11.289 pada 8 April 2014 atau sehari menjelang pemilihan umum legislatif (pileg). Usai pemilu, rupiah tertekan terus. Kemarin, kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan depresiasi rupiah 0,49% dari hari sebelumnya menjadi 11.486.
Analis Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, penyebab utama pelemahan rupiah adalah kekecewaan investor pada ketidakpastian hasil pileg. Maklum, hasil hitung cepat pemilu 9 April 2014 itu menunjukkan tak ada partai politik yang meraih suara dominan dan mampu mengusung calon presiden sendiri. "Sejak saat itu rupiah terus melemah," kata Christian, kemarin.
Destry Damayanti, Director Chief Economist Mandiri Group, sependapat. Setidaknya, ada dua faktor domestik yang menghadang laju rupiah. Pertama, situasi ketidakpastian politik pasca pemilu. Kedua, ketidakpastian ekonomi yang tecermin dari potensi melebarnya defisit anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tahun ini, mendekati 3%. "Kondisi ini tidak sehat bagi perekonomian," ujar dia.
Christian menambahkan, pelemahan rupiah juga perlu dilihat dari siklus permintaan dollar AS di dalam negeri. Maklum, permintaan cenderung meningkat di akhir bulan untuk memenuhi kebutuhan importir dan korporasi lokal. Dari sisi dollar AS, posisinya di pasar global juga tengah menguat.
Pertama, konflik geopolitik antara Ukraina dan Rusia masih memanas. Dollar AS menjadi pilihan aset yang aman atau safe haven. Kedua, sejumlah data ekonomi AS menunjukkan hasil bagus. Pasar juga berekspektasi data tenaga kerja di AS meningkat pesat setelah melewati musim salju.
Selanjutnya, Christian dan Destry menduga, rupiah masih akan tertekan hingga akhir semester I-2014. Sedangkan, di semester II, pasar menanti hasil pilpres. Jokowi merupakan capres yang disukai pasar. "Setelah presiden terpilih ada optimisme sektor swasta akan melaju," ujar Christian.
Akhir semester I, Christian meramal rupiah terpuruk antara 11.600-11.800. Sedangkan, hingga akhir tahun, Destry memproyeksikan rupiah menguat terbatas di 11.400. Hari ini, Christian memprediksi rupiah melemah di kisaran 11.470-11.550.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News