Reporter: Dwi Nicken Tari, Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Tahun Kambing Kayu membikin kusam harga logam mulia. Setelah rontok di paruh pertama, harga logam mulia masih berpeluang suram semester II-2015.
Berbagai sentimen negatif menekan harga komoditas ini. Perlambatan ekonomi negara konsumen utama seperti China serta penguatan dollar Amerika Serikat (AS) masih akan mengganjal laju pergerakan harga logam mulia hingga akhir tahun.
Berikut ini review harga logam mulia pada separuh pertama tahun 2015.
Emas
Pergerakan harga emas cukup bervariasi sepanjang kuartal dua tahun 2015. Mengutip Bloomberg, Kamis (2/7) pukul 11.46 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2015 di Commodity Exchange mencapai US$ 1.167,30 per ons troi, turun 0,17% ketimbang hari sebelumnya. Si kuning telah menyusut 1,75% secara year to date (ytd).
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst Fortis Asia Futures, menjelaskan, harga emas meredup sebagai imbas penguatan indeks dollar AS. Mata uang Negeri Paman Sam memang sedang perkasa akibat data-data perekonomian yang menggembirakan pada Rabu (1/7) malam terutama ISM Manufacturing PMI dan ADP Non-Farm Employment Change.
Padahal, semestinya krisis utang Yunani membuat para investor memburu emas sebagai safe haven dan mengerek harga. "Emas tertekan oleh data-data AS," tuturnya.
Harga emas sepanjang semester pertama sempat menyentuh level tertinggi pada 22 Januari 2015 di US$ 1.302,9 per ons troi. Hal ini akibat kenaikan permintaan emas menjelang perayaan Imlek. Di saat yang sama, krisis utang Yunani sudah mencuat ke permukaan, sehingga para investor turut memburu emas sebagai aset aman alias safe haven.
Sedangkan level terendah di US$ 1.149,8 per ons troi pada Selasa 17 Maret 2015. Penguatan indeks dollar AS menjadi faktor utama yang menggerus harga si kuning.
Selanjutnya pada kuartal III-2015, Deddy menebak harga emas masih rawan koreksi. Spekulasi kenaikan suku bunga acuan AS bakal menekan emas. Bahkan, kenaikan permintaan emas pada musim pernikahan India di akhir tahun nanti juga tertahan. "Spekulasi kenaikan suku bunga AS lebih dominan menemani jalannya harga emas. Kalau pun nanti ada kenaikan harga emas juga bersifat sementara," jelas Deddy.
Di sisi lain, perekonomian China sebagai konsumen terbesar komoditas masih melambat. Alhasil, harga emas masih berbalut tren bearish. Deddy menilai, pada kuartal III-2015, harga emas akan bergerak dalam rentang antara US$ 1.155–US$ 1.179. Hingga akhir tahun, harga emas dapat bergerak di US$ 1.142,50–
US$ 1.232,10.
Perak
Harga perak mengekor harga emas. Komoditas logam mulia ini juga tengah menghadapi lesunya permintaan. Maklum, perekonomian global tengah melambat, terutama Tiongkok, sebagai negara konsumen logam terbesar di dunia.
Harga perak pengiriman September 2015 di New York Merchantile Exchange 2015 pada Kamis (2/7) pukul 12.34 WIB turun 0,36% ke US$15.520 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Selama satu semester harga turun 2,13%.
Ariston Tjendra, Head of Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan, harga perak mengikuti harga emas yang tertekan karena permintaan perak menurun akibat perlambatan ekonomi China.
Pergerakan harga perak semakin berat lantaran indeks dollar AS menguat. "Penguatan dollar AS karena isu kenaikan suku bunga The Fed turut menekan harga perak," ujar Ariston.
Sepanjang semester I-2015, harga perak sempat mencapai level tertinggi pada 22 Januari 2015 di level US$ 18,452 per ons troi. "Kenaikan ini terjadi karena pada awal tahun, The Fed melakukan pelonggaran stimulus moneter, sehingga ada reaksi dari pelaku pasar dengan melakukan pembelian lagi, sehingga perak rebound," jelas Ariston.
Sedangkan harga terendah pernah anjlok mencapai level terendah pada 11 Maret 2015 di US$ 15,434 per ons troi. "Penurunan harga dipengaruhi penguatan dollar AS dan asumsi penurunan permintaan akibat perlambatan ekonomi China," tambah Ariston.
Hingga akhir tahun nanti, Ariston menduga harga perak masih akan bergerak turun karena secara fundamental permintaan pasar belum banyak berubah.
Ditambah lagi dengan potensi kenaikan suku bunga The Fed pada September, potensi koreksi harga perak semakin besar hingga menembus US$ 14 per ons troi.
Namun di akhir tahun 2015, harga perak diprediksi konsolidasi di US$ 15 hingga US$ 16 per ons troi.
Platinum
Harga platinum terpuruk di semester pertama tahun ini. Pada Kamis (2/7) pukul 12.33 WIB, harga platinum kontrak pengiriman Oktober 2015 di New York Merchantile Exchange turun 0,45% ke level US$ 1.802 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Sepanjang semester I, harga platinum turun 10,43%.
Menurut Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka Ibrahim, permintaan platinum di semester satu memang turun. Ini merupakan dampak dari perlambatan ekonomi global. Wajar jika Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi pertumbuhan ekonomi global di level 3,4% dan Bank Dunia di level 3%.
Baru-baru ini Bank Dunia juga merevisi pertumbuhan ekonomi global di 2,8%. "Ini juga menandakan permintaan komoditas dari China turun," papar Ibrahim.
Isu kenaikan suku bunga di kuartal The Fed juga menyebbakan indeks dollar AS mencapai level tertinggi di US$ 100,44 dan berimbas hingga kuartal kedua terhadap harga platinum.
Harga platinum, sempat menanjak pada 20 Januari 2015 di US$ 1,289 per ons troi. Sedangkan level terendah di US$ 1.061 per ons troi disentuh pada 22 Juni 2015.
Saat itu memang Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) belum mengumumkan kenaikan suku bunga karena intervensi IMF. "Adanya kontraksi manufaktur China, masalah di Zona Eropa, dan kenaikan indeks dollar kembali membuat harga platinum jatuh," terang Ibrahim.
Ia melihat, meski saat ini harga platinum stabil di kisaran US$ 1.708, harga diprediksi akan kembali melorot. Di kuartal III, harga diperkirakan bergulir di kisaran US$ 950 per ons troi. Sedangkan akhir tahun ini, harga platinum diprediksi akan jatuh hingga ke level US$ 800 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News