Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Rilis data perekonomian Amerika Serikat (AS) yang membaik membuka peluang spekulasi kenaikan suku bunga acuan The Fed. Hal itu telah menyeret harga emas.
Mengutip Bloomberg, Kamis (2/7) pukul 11.46 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2015 di Commodity Exchange mencapai US$ 1.167,30 per ons troi, turun 0,17% ketimbang hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga emas terkoreksi 0,38%.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjelaskan, melempemnya harga emas merupakan imbas dari penguatan indeks dollar AS. Mata uang Negeri Paman Sam memang sedang perkasa akibat rilisnya data-data perekonomian yang menggembirakan pada Rabu (1/7) malam.
Lihat saja data manufaktur AS yakni ISM Manufacturing PMI per Juni 2015 yang mencapai 53,5. Selain melebihi ekspektasi para analis, angka tersebut juga lebih tinggi ketimbang posisi bulan sebelumnya di level 52,8.
Begitu pula dengan data ADP Non-Farm Employment Change per Juni 2015 yang tercatat 237.000, melonjak ketimbang posisi bulan sebelumnya yang mencapai 203.000.
Padahal, umumnya di kala krisis utang Yunani, para investor memburu emas sebagai aset safe heaven sehingga dapat mengerek harga.“Tetapi, sekarang fokus pasar dan investor hanya tertuju ke data ini. Emas tertekan oleh data-data AS. ,” tuturnya.
Deddy menilai, pergerakan harga emas pada Jumat (3/7) masih akan bergantung pada peluncuran data AS. Memang pada Kamis (2/7), Negeri Paman Sam akan merilis data Non Farm Employment Change per Juni 2015. Para analis memprediksi data tersebut akan mencapai 231.000, lebih rendah ketimbang pencapaian bulan sebelumnya yang tercatat 280.000.
“Bila prediksi tersebut benar, harga emas berpeluang naik karena indeks dollar terpukul. Tapi bila datanya dirilis terjadi peningkatan lebih dari 280.000, harga emas akan kembali meleleh,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News