Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pelaksanaan pemilu semakin mendekati waktu pelaksanaannya. Pada saat yang bersamaan, posisi rupiah terus melanjutkan tren penguatannya terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Dr. Nugroho SBM, Pengamat dan Dosen Ekonomika & Bisnis Universitas Diponegoro bilang, ada satu kunci utama terkait pemilu yang juga menjadi pemicu penguatan tersebut. "Sejauh ini, kampanye pemilu bisa diselenggarakan dengan aman dan pelaku pasar memanfaatkan momen tersebut," imbuhnya kepada KONTAN, (2/4).
Dia menambahkan, tren penguatan rupiah terhadap dollar AS kian mantap seiring dengan adanya sentimen stagnannya ekonomi AS. Hal ini pula yang membuat dollar AS secara umum melemah terhadap mata uang kawasan Asia.
"Diharapkan, pemilu nanti juga menghasilkan pemimpin baru yang mampu membangkitkan optimisme pasar dan perbaikan ekonomi yang lebih baik," tandas Nugroho.
Lukman Leong, Chief Analyst Platon Niaga Berjangka memiliki pandangan serupa. Konsolidasi rupiah di level Rp 11.300-an tak terlepas dari membaiknya data fundamental ekonomi sepertiĀ trade balance dan inflasi. Namun, sentimen positif yang lebih dominan adalah harapan pada suksesnya pemilihan umum legislatif dan presiden mendatang.
Satu hal yang perlu menjadi catatan, pemilu dan momen lebaran bisa memicu kembali naiknya angka inflasi yang pada akhirnya bisa menghambat laju penguatan rupiah. Sebab, pada momen tersebut biasanya permintaan barang konsumsi meningkat. Namun, Lukman optimistis kenaikannya tidak akan signifikan.
"Bahkan, tingkat inflasi bisa berada dibawah level 7%. Sehingga, untuk jangka menengah, minimal hingga kuartal ketiga, tren penguatan rupiah akan berlanjut," jelas Lukman.
Lukman juga menjelaskan, saat ini, kebijakan tapering oleh AS telah diantisipasi oleh pasar. Sehingga, jika ada penguatan dollar AS, maka sifatnya hanya terbatas. Tahun 2015 barulah posisi dollar AS diperkirakan akan rally seiring dengan kenaikan Fed rate.
Jadi, untuk momen saat ini pemilu memang masih menjadi sentimen penguatan rupiah terhadap dollar AS. Bahkan, peluang bagi rupiah untuk menguat ke level di bawah Rp 11.000 sangat besar apabila hasil pemilu legislatif mencerminkan harapan pasar.
Sedangkan jika pemilu presiden sukses dimenangi kandidat yang bersahabat dengan pasar, maka Lukman yakin rupiah akan kembali mendekati level pra krisis, yakni dibawah level Rp 10.000 atau bahkan lebih.
Optimisme besar boleh saja menyelimuti rupiah. Namun, semua ini pada akhirnya akan kembali pada fundamental ekonomi, dan pemerintah wajib memperbaiki dan menjaga fundamental yang bisa menjadi sentimen positif seperti saat ini. "Karena setelah euforia politik berakhir, maka pasar akan kembali ke realita," tegas Lukman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News