kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Sektor tambang melonjak 25%, tak semua saham sektor ini mentereng


Selasa, 17 Juli 2018 / 22:05 WIB
Sektor tambang melonjak 25%, tak semua saham sektor ini mentereng
ILUSTRASI. Kapal tongkang batubara


Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten pertambangan batubara terus meningkat seiring dengan tingginya permintaan terhadap komoditas energi ini. Ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) surut 7,77% secara year to date, indeks sektor pertambangan justru menguat 25,03% pada periode yang sama.

Kiswoyo Adi Joe, Kepala Riset Narada Aset Manajemen mengatakan, sektor tambang batubara terkerek harga komoditas yang terus melaju. Selain itu, banyak juga emiten batubara yang mulai diversifikasi ke hilir, seperti membangun pembangkit tenaga listrik.

“Untuk melihat emiten batubara ini tentu dilihat dari seberapa besar cadangan yang mereka miliki, dan penjualannya bagaimana. Untuk harga batubara sejauh ini masih dikendalikan atau bergantung pada China. Secara sektoral rekomendasi hold. Saham komoditi sampai 2020 di masih booming,” kata Kiswoyo.

Berdasarkan data Bloomberg, lima emiten sektor tambang dengan kenaikan harga saham terbesar sejak awal tahun pun sebagian besar dihuni oleh emiten batubara. Harga saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) mencatat kenaikan tertinggi, yakni 285,91%, disusul PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebesar 72,16%, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebesar 66,04%, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebesar 55,02% dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) 47,66%.

Sedangkan saham-saham sektor tambang dengan terendah adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang harga sahamnya turun -15,56% secara year to date, PT SMR Utama Tbk (SMRU) sebesar -7,05%, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar -3,23%, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) yang naik 2,10%, dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) sebesar 5,06%.

Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra mengatakan, saat ini Indonesia termasuk negara besar produsen batubara. Sehingga perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) tidak terlalu terpengaruh. China masih butuh Indonesia sebagai mitra dagang dan pelemahan rupiah juga tidak akan terlalu berpengaruh karena emiten menggunakan denominasi dollar AS.

Untuk emiten batubara, Aditya mengelompokkan yang terbaik adalah PT Harum Energy Tbk (HRUM), PTBA, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Menurut Aditya ketiga emiten batubara ini menunjukkan kinerja yang memuaskan. Untuk HRUM, Aditya merekomendasi buy dengan target harga Rp 3.100, PTBA hold Rp 4.500 dan ITMG hold di level Rp 26.500.

Kinerja PTBA kuartal I-2018 cukup positif dengan kenaikan laba naik 80%. Lonjakan ini terutama karena kenaikan harga batubara. PTBA juga memiliki nilai dividen pay out ratio tinggi. PTBA pun memiliki diversifikasi pembangkit listrik, kelapa sawit hingga rumah sakit yang berpeluang mengerek kinerja.

HRUM didukung kinerja keuangan yang sangat bagus. Posisi utang emiten ini relatif minim. Rasio kas terhadap utang Harum Energy 2,5 kali. HRUM mengekspor cukup banyak batubara ke Asia Tengah dan Asia Timur.

Aditya menambahkan, HRUM juga berencana untuk memperluas cakupan ekspor. Dengan harga batubara yang masih relatif naik, HRUM bisa menjaga pencapaian target potensial samapai akhir tahun.

ITMG pun memiliki dividen pay out ratio tinggi. Kinerja kuartal I 2018 emiten ini pun kuat serta produksi meningkat dan penjualan rata-rata juga cukup baik. Memang, kinerja keuangan ITMG tidak sementereng PTBA dan HRUM. Tapi, posisi utang ITMG dengan DER 0,5 kali.

Sedangkan untuk terendah adalah BUMI, DOID dan ADRO. DOID memiliki rasio utang terhadap modal sebesar 4,5 kali. Selain itu biaya operasional juga tinggi, terutama untuk membayar beban bunga. Dari sisi prospek penjualan di kuartal I-2018 juga kurang bagus.

Menurut Aditya, sisi negatif ADRO adalah melesetnya target penjualan di kuartal pertama lalu. Laba bersih kuartal pertama turun sehingga harga saham tertekan. Jika kinerja keuangan ADRO kuartal II-2018 membaik, maka reboud sahamnya bisa lebih cepat. Sedangkan, untuk BUMI sahamnya terus turun karena masih terpengaruh restrukturisasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×