Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA.Kenaikan harga ayam dan turunnya harga jagung menjadi katalis positif yang mempengaruhi kinerja emiten di sektor perunggasan atau poultry. Sejumlah analis memperkirakan prospeknya masih akan cerah hingga akhir 2024.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan, secara prospek emiten poultry masih dapat tumbuh positif. Hal itu didorong dari naiknya harga ayam dan turun-nya harga jagung.
"Kedua hal tu bisa menjadi katalis positif buat emiten poultry," jelas Azis pada Kontan, Jumat (12/7).
Baca Juga: Ekspor Pakan Unggas Japfa Comfeed (JPFA) Meningkat 3 Kali Lipat Tahun 2023
egitu juga dengan kinerja saham dari emiten poultry, Azis menilai ke depannya saham poultry masih bisa dilirik. Hal itu mengingat turunnya harga jagung serta naiknya harga ayam masih menjadi pendorong emiten poultry.
"Kami melihat sudah adanya priced ini dari pelaku pasar sehingga sahamnya masih naik," ujarnya.
Sementara Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano, memperkirakan kinerja keuangan emiten poultry turun pada kuartal III-2024. Meski begitu masih ada peluang kenaikan harga jual ayam hidup yang diharapkan berimbas positif terhadap performa kinerja emiten poultry.
"Selain itu juga masih akan didorong kenaikan margin keuntungan segmen pakan ternak, yang ditopang berlanjutnya penurunan bahan baku, kami melihat berdasarkan data harga pembelian bahan baku jagung dan buntil kedelai telah turun turun pada kuartal II tahun ini," ungkapnya pada riset yang dikutip, Jumat (12/7).
Baca Juga: Kinerja Charoen Pokphand (CPIN) Bisa Lebih Nyaring
Victor melihat secara prospek hingga akhir tahun 2024, emiten poultry diprediksi masih dapat tumbuh positif. Ia juga memperkirakan pada kuartal II 2024 ini pendapatan emiten poultry akan lebih baik.
Di sisi lain Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andreas Saragih mengatakan rata-rata harga DOC (Day-Old Chick) melampaui ekspektasi, namun tingkat pertumbuhan bulanan melemah.
Ia memperkirakan memperkirakan pertumbuhan ini disebabkan oleh pemusnahan sukarela oleh para pemain dan turunnya harga jagung.
Baca Juga: Program Pemusnahan Ayam Belum Efektif, Cek Rekomendasi Saham CPIN dan JPFA
"Rata-rata harga jagung dalam negeri turun menjadi Rp5.653/kg pada Juni 2024, turun sebesar -2,3% MoM dan -9,2% YoY," jelasnya.
Andreas melihat secara prospek untuk kinerja emiten poultry masih akan didorong sentimen positif. Diantaranya dari kelanjutan program bantuan pangan,pelantikan pemerintahan baru, dan rincian lebih lanjut mengenai makanan bergizi gratis senilai Rp70 triliun.
Dengan begitu Andreas merekomendasikan untuk hold pada PT Charoen Pokphand IndonesiaTbk (CPIN) dengan target harga Rp 5.825.
Sementara Azis merekomendasikan untuk hold CPIN dengan target harga Rp 6.050.
Kemudian Victor merekomendasikan untuk buy saham CPIN dengan target harga Rp 5.900, buy PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dengan target harga Rp 1.800 dan buy PT Malindo Feedmill Indonesia Tbk (MAIN) dengan target harga Rp 850.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News