Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Manajer investasi (MI) telah menyusun racikan portofolio reksadana saham di 2015. Tahun depan sektor infrastruktur masih jadi andalan utama untuk mengerek imbal hasil (return).
Pencana pembangunan infrastruktur sacara masif oleh pemerintah pada tahun depan diprediksi akan melibatkan emiten infrastruktur. Dus, emiten sektor ini akan kebanjiran pendapatan dan meningkatkan nilai sahamnya.
Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management, Edward Lubis mengatakan, racikan reksadana saham Bahana TCW di 2015 akan menitikberatkan pada sektor tersebut. “Ini seiring dengan program pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur,” ujarnya.
Edward menyebut emiten infrastruktur yang masih akan dijadikan aset dasar tahun depan seperti PGAS, TLKM dan TBIG. Menurutnya kinerja emiten-emiten tersebut telah terbukti bertahan dalam situasi penuh volatilitas pada tahun 2014 ini. “Kami akan utamakan sektor infrastruktur yang berkapitalisasi besar,” tambahnya.
Ia menambahkan bahwa Bahana TCW juga akan memantau sektor pendukung infrastruktur seperti industri dasar dan konstruksi.
Senada dikatakan Direktur Utama Sinarmas Asset Management (Sinarmas-AM), Hermawan Hosein. Dia bilang realokasi anggaran Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi ke sektor produktif jadi alasan utama optimisme pertumbuhan infrastruktur tahun depan. “Tahun depan itu tahun baik bagi Indonesia karena defisit anggaran tidak akan besar,” katanya. Produk reksadana saham Sinarmas-AM juga akan didominasi oleh aset dasar sektor infrastruktur.
Direktur BNI Asset Management (BNI-AM), Isbono Putro juga berpendapat sama. Menurutnya sektor infrastruktur akan membantu kinerja reksadana saham pada tahun depan. Bahkan ia berpendapat justru pemerintah lah yang bergantung pada perusahaan infrastruktur. “Jadi bukan emiten infrastruktur yang akan terdongkrak kinerjanya. Tapi visi misi pemerintah di tahun depan justru yang bergantung pada jasa emiten-emiten infrastruktur,” ungkap Isbono.
Banyak Sektor Prospektif
Selain sektor infrastruktur, MI juga akan menebar portofolio di sektor prospektif lainnya. Hermawan misalnya mengutarakan daya beli masyarakat pada tahun depan akan naik seiring realokasi dana subsidi BBM ke bantuan langsung masyarakat seperti Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Keluarga Sejahtera.
“Akibatnya masyarakat bisa membeli barang lebih banyak sehingga meningkatkan pendapatan emiten sektor konsumer,” ujar Hermawan. Ia bahkan merinci pendapatan emiten ROTI akan terkerek naik akibat daya beli masyarakat yang relatif meningkat.
Isbono juga berpendapat akan mengandalkan sektor konsumer sebagai salah satu sektor prospektif di 2015. Selain sektor infrastruktur, Isbono menambahkan sektor keuangan juga punya potensi besar mengerek imbal hasil reksadana saham. Menurutnya nilai saham sektor keuangan akan ikut naik dalam tren percepatan ekonomi domestik.
Namun menurut Isbono, BNI-AM akan terus mengkalkulasi porsi pada masing-masing sektor dari dana kelolaan reksadana saham. “Jadi bukan berarti sektor infrastruktur akan jadi mayoritas. Kita akan terus pantau sektor mana yang lebih prospektif,” ungkapnya.
Meski demikian, Edward menambahkan laju reksadana saham juga berpotensi terhambat akibat perlambatan ekonomi global seperti Tiongkok dan Jepang sehingga tingkat volatilitas pasar saham domestik masih cukup tinggi di 2015. Prediksinya return reksadana saham sepanjang 2015 nanti cuma berkisar 18%.
Menurut data Infovesta Utama, indeks imbal hasil reksadana saham tahunan per 24 Desember 2014 senilai 27,95%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News