kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor alat berat terkerek komoditas


Senin, 09 Januari 2017 / 08:30 WIB
Sektor alat berat terkerek komoditas


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Peningkatan harga komoditas semakin menguntungkan emiten alat berat. Perusahaan yang berbasis komoditas seperti batubara dan crude palm oil berpeluang mengerek produksi pada tahun ini sehingga kebutuhan alat berat meningkat.

Analis sepakat, tahun ini bisa menjadi momentum kebangkitan emiten alat berat dari penurunan tahun lalu.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, penurunan harga komoditas merupakan faktor yang menekan kinerja emiten alat berat tahun lalu. Banyak produsen komoditas menunda bahkan menghentikan produksi, sehingga penyewaan alat berat dan penjualan menipis.

"Makanya pendapatan emiten alat berat turun," kata Hans kepada KONTAN, Jumat (8/1).

Hans memprediksi, kinerja emiten alat berat tahun ini bisa meningkat. Indikasinya, sudah banyak produsen batubara dan CPO yang produksinya pulih.

Sekadar info saja, pendapatan emiten alat berat, seperti PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA), dan PT Intraco Penta Tbk (INTA), kebanyakan memang dari sektor batubara dan CPO. Hans menambahkan, katalis positif lain adalah rencana pemerintah memperbesar porsi infrastruktur pada anggaran tahun ini.

Peningkatan pembangunan infrastruktur akan turut mengerek penyewaan dan penjualan alat berat, meski kontribusinya belum sebesar sektor komoditas. Hans memilih saham UNTR dan HEXA untuk sektor alat berat. Dia merekomendasikan buy kedua saham itu dengan target harga Rp 25.200 dan Rp 3.350 per saham.

Analis BCA Sekuritas Darmawan Halim mengatakan, peningkatan harga komoditas menjadi kunci utama naiknya kinerja emiten alat berat. Dia memperkirakan, kontribusi penjualan alat berat pertambangan UNTR bisa meningkat 8%–10% pada tahun ini.

Volume penjualan kemungkinan bisa meningkat 20% menjadi 2.500 unit, dari 2.100 di tahun 2016. "Kontrak penambangan dan produksi batubara di konsesi perusahaan juga dapat meningkat," kata Darmawan dalam riset.

Prospek peningkatan penjualan ini akan memperbaiki margin laba UNTR. Menurut hitungan Darmawan, laba bersih UNTR bisa meningkat 18% menjadi Rp 5,1 triliun tahun ini, dari estimasi laba tahun lalu Rp 4,3 triliun. Pendapatan UNTR bisa mencapai Rp 50,6 triliun, naik 11,5% dari estimasi pendapatan di 2016 sebesar Rp 45,34 triliun.

Untuk jangka panjang, UNTR bisa mendiversifikasi bisnis, tidak hanya masuk dalam tender-tender kelistrikan pemerintah. Perusahaan yang menjual alat berat dengan merek Komatsu ini juga ekspansi ke tambang emas lewat PT Sumbawa Jutaraya.

Anak usaha PT Pamapersada Nusantara ini memiliki cadangan emas 350.000 ons di salah satu blok dan akan beroperasi komersial di akhir 2017. Namun, Darmawan merekomendasikan hold saham UNTR dengan target harga Rp 22.200. Dia melihat masih ada risiko volatilitas harga komoditas batubara serta fluktuasi kurs rupiah.

Sementara Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji memperkirakan kinerja INTA hingga penutupan tahun 2016 masih negatif. Lemahnya permintaan alat berat membuat penjualan INTA melambat 0,94% di kuartal tiga lalu.

"Sehingga pada kuartal empat saya memprediksi pendapatan INTA sebesar Rp 1,31 triliun, turun 0,9% dibanding Rp 1,32 triliun di 2015," kata dia.

Tapi, Nafan memprediksi rugi bersih INTA kemungkinan akan mengecil pada kuartal empat 2016, jadi Rp 47,07 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp 309,2 miliar.

Walaupun fundamental membaik, secara teknikal masih ada sinyal penurunan harga saham INTA. Harga saham INTA berpotensi menuju support terdekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×