Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah indeks saham bursa global melesat, bahkan menyentuh angka tertinggi sepanjang masa. Berdasarkan riset Kontan, sejumlah bursa di luar negeri mencatatkan kenaikan kinerja sejak awal tahun 2024.
Di bursa Amerika Serikat, Dow Jones Industrial Average mencatatkan kenaikan 5,55% secara year to date (YTD) dan 2,25% dalam lima hari terakhir. Indeks S&P 500 juga naik 9,89% secara YtD dan 1,77% dalam 5 hari terakhir.
Di bursa Eropa, Euro Stoxx 50 naik 11,74% dan FTSE 100 Index London naik 1,93% secara ytd. Dalam lima hari terakhir, Euro Stoxx 50 naik 1,19% dan FTSE 100 Index London naik 1,80%.
Indeks Nikkei 225 di Jepang juga naik 22,44% sejak awal tahun 2024 dan 5,62% dalam lima hari belakangan.
Di saat yang bersamaan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkat 1,06% sejak awal tahun 2024. Dalam sepekan terakhir, IHSG naik 0,30%.
Baca Juga: IHSG Naik 0,30% dalam Sepekan, Simak Reviewnya Berikut Ini
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy melihat, tren bursa di luar negeri akan tetap bullish. Kinerjanya juga akan makin meningkat jika suku bunga The Fed benar-benar diturunkan.
“Jika itu terjadi, kans bursa kita tentunya juga bagus, bahkan bisa lebih baik daripada bursa luar negeri. Bursa kita lebih menarik daripada bursa di negara-negara maju,” ujar Budi kepada Kontan.co.id, Jumat (22/3).
Penurunan kinerja akan terjadi akibat profit taking. Namun, koreksinya kemungkinan tak akan terlalu dalam jika tidak terjadi penjualan secara masif.
“Secara sektoral, di bursa Indonesia penggeraknya adalah sektor batubara, sawit, perbankan, dan konsumer,” imbuh Budi.
Budi pun melihat IHSG bisa berada di level 7.500 pada semester I 2024 dan 8.000 pada akhir tahun ini.
Baca Juga: Menguat 0,30%, Simak Review IHSG Sepekan Terakhir
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai, menghijaunya bursa global dipengaruhi kinerja makro ekonomi masing-masing negara.
“Pada periode April-Mei ini kinerja makroekonomi global terpantau positif, sehingga membuat kinerja bursa global menghijau,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Jumat (22/3).
Di sisi lain, pemangkasan suku bunga The Fed juga menjadi sentimen positif yang menggerakkan kinerja bursa global. “Ini yang membuat pelaku pasar meningkatkan risk appetite mereka dalam berinvestasi. Namun, ini tetap bergantung pada konsistensi inflasi di AS dan adanya pemilu di AS,” tuturnya.
Di bursa Tanah Air, Nafan melihat IDX Financials atawa indeks sektor keuangan masih akan menjadi pemimpin di tahun ini. Lalu, diikuti oleh sektor kesehatan, transportasi, industri, properti, serta konsumer siklikal dan nonsiklikal.
Baca Juga: Wall Street Cetak Rekor Tertinggi, Disokong Optimisme Penurunan Suku Bunga
Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee melihat, sentimen yang membuat bursa globak menghijau adalah rencana pemangkasan suku bunga The Fed dan beberapa bank sentral negara-negara maju. Menurut Hans, The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga pada Juni atau Juli 2024.
European Central Bank (ECB) juga akan turunkan suku bunga di bulan Juni. Kedua bank sentral ini kemungkinan akan menurunkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps). Suku bunga Bank Indonesia (BI) juga akan turun, tetapi kemungkinan hanya 50 bps.
“Tren penurunan suku bunga global ini mendorong kinerja indeks bursa global, termasuk IHSG,” kata Hans kepada Kontan.co.id, Jumat (22/3).
Untuk bursa AS, sektor teknologi, khususnya kecerdasan buatan atawa artificial intelligence (AI) menjadi penggerak positif bagi kinerja indeks di Negeri Paman Sam.
Baca Juga: Bill Gates Tempatkan 35% Portofolio Investasinya pada 2 Saham Kecerdasan Buatan (AI)
Sementara, Nikkei 225 Index naik karena terjadi inflasi dan kenaikan upah. Di sisi lain, bursa Jepang juga menadah dana yang keluar dari bursa China yang saat ini mengalami pelemahan.
Di bursa Tanah Air, sentimen positifnya adalah kepastian politik di Indonesia dan pemilu yang berlangsung damai.
Menurut Hans, IHSG bisa berada di level 7.650-7.850 pada akhir tahun 2024. Sektor yang akan bergerak positif di pasar saham Tanah Air adalah perbankan dan properti.
“Sekarang pasar menantikan susunan kabinet, khususnya pos ekonomi dan keuangan. Pengisi posisi menteri keuangan sangat penting bagi pasar,” paparnya.
Hans pun melihat tren penguatan ini akan makin kencang usai pemotongan suku bunga benar terjadi di semester II 2024.
Baca Juga: Bursa Jepang Mencapai Rekor Tertinggi dan Yen Rebound Kamis (21/3)
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi pun senada. Menurut Audi, sekarang sudah mulai terlihat bahwa ini merupakan puncak dari suku bunga tinggi.
“Namun, potensi pemangkasan sebanyak tiga kali di tahun ini dan tahun 2025 juga hanya berpotensi terjadi dua kali pemangkasan suku bunga,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (22/3).
Audi melihat, dengan pemangkasan suku bunga, pasar saham akan lebih atraktif dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini terlihat sejak awal tahun, yaitu IHSG, Bombay Stock Exchange (SENSEX), dan Nikkei mencatatkan all time high (ATH).
“Hal ini didorong oleh sikap bank sentral dunia yang mulai dovish dan juga mulai terjadinya permintaan di beberapa negara, termasuk AS dan China,” tutur dia.
Dorongan ke IHSG dilihat Audi masih terasa. Hal ini tercermin dari aliran dana asing sebesar Rp 16,3 triliun secara YtD.
“Dengan kondisi makro Indonesia yang terbilang lebih stabil dibandingkan negara lain, PDB tumbuh 5%, dan inflasi sudah masuk dalam target BI, ini bisa jadi penopang keyakinan investor asing,” paparnya.
Audi pun memproyeksikan IHSG akan berada di level 7.570 di akhir tahun 2024. Nikkei akan mencapai 42.300 di akhir tahun. Nasdaq akan tercatat sebesar 17.120 dan Strait Times Index (STI) akan mencapai 3.320 hingga akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News