kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah emiten mampu mencetak profit di tengah pandemi, ini tanggapan analis


Rabu, 24 Maret 2021 / 21:16 WIB
Sejumlah emiten mampu mencetak profit di tengah pandemi, ini tanggapan analis


Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Beberapa emiten berkapitalisasi pasar jumbo sudah merilis laporan keuangan tahun 2020. Berdasar catatan Kontan, mayoritas kinerja emiten-emiten itu kurang memuaskan.

Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Ike Widiawati mengungkapkan, laporan keuangan emiten-emiten yang cenderung lesu itu sudah ia perkirakan sebelumnya. 

"Untuk laporan keuangan dari emiten tersebut, sesuai dan relate dengan kondisi ekonomi domestik yang masuk ke dalam fase resesi," ujar Ike kepada Kontan.co.id, Rabu (24/3). 

Menurut data Bloomberg, terdapat 24 emiten dalam indeksLQ45 yang sudah merilis laporan keuangannya. Asal tahu saja, LQ45 merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar, serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

Baca Juga: IHSG melorot 1,54% pada Rabu (24/3), simak faktor pemicunya

Hasilnya, sebanyak 18 emiten mencetak penurunan pendapatan. Penurunan paling mini dicatatkan  BBTN hingga 1,41% year on year (yoy). Sementara itu penurunan paling dalam dirasakan  PTPP hingga 32,84% yoy.

Di sisi lain, sebanyak 6 emiten masih mencatatkan kenaikan pendapatan. Kenaikan paling tipis dialami UNVR hingga 0,12% yoy, sementara ICBP terkerek paling signifikan hingga 10,27% yoy. 

Dilihat dari sisi bottom line-nya, sebanyak  16 emiten mencetak penurunan laba bersih. Penurunan paling mini dicatatkan INTP hingga 1,58% yoy. Sementara, laba bersih  PTPP melorot paling dalam hingga 84,29% yoy. 

Uniknya, kata Ike, sepanjang tahun 2020 masih didapati emiten yang mampu meningkat dari sisi profitabilitasnya. Menurut data Bloomberg, ada 8 emiten yang masih mencatatkan kenaikan laba bersih. SMGR terkerek hingga 16,73% yoy, sementara  BBTN mengalami kenaikan paling drastis hingga 665,71% yoy. 

"Artinya dengan kondisi ekonomi yang terhimpit, perusahaan dipaksa untuk menemukan inovasi dalam melakukan efisiensi yang lebih efektif dibandingkan kondisi normalnya," imbuh Ike. 

Baca Juga: IHSG berpotensi rebound, dibayangi sentimen ini

Hal ini tercermin dari naiknya rasio net profit margin dari beberapa emiten yang berhasil meningkatkan efisiensinya, seperti BBTN, ANTM, TPIA, INCO, SMGR, dan MIKA. Sehingga, dengan penurunan pendapatan yang terjadi, perusahaan mampu bertahan dengan menghasilkan laba bersih yang tetap tumbuh sepanjang tahun 2020. 

Ke depannya, jika kondisi ekonomi semakin membaik, diperkirakan pergerakan harga saham-saham akan turut terkerek. Kepada Kontan, Ike menjelaskan, ada tiga skenario pergerakan IHSG sepanjang tahun 2021. 

Pertama, IHSG dapat menyentuh level 6.800 apabila pertumbuhan ekonomi mencapai 4,5%. Skenario paling optimistis ini dapat terjadi jika laju inflasi terjaga di 3% dan nilai tukar berada di Rp 14.400. 

Baca Juga: Tips meminimalkan risiko saat berinvestasi atau trading saham

Kedua, IHSG akan bergerak di level 6.600 apabila pertumbuhan ekonomi mencapai 4%. Adapun laju inflasinya tercatat 2,85% serta nilai tukar di Rp 14.600. 

Ketiga, IHSG akan berada di level 6.400 apabila pertumbuhan ekonomi mencapai 3,5%. Sementara, laju inflasi dan nilai tukar terjaga di 2,75% dan Rp 14.800. Skenario-skenario tersebut dapat terjadi apabila tingkat suku bunga acuan masih dipertahankan di level 3,50%.

Sekadar informasi, hingga penutupan perdagangan hari ini, Rabu (24/3), IHSG ditutup melemah 1,54% ke level 6.156. Adapun sejak awal tahun IHSG tercatat masih menguat hingga 2,96%. 

Selanjutnya: Emiten big caps catat penurunan kinerja, sektor barang konsumsi masih menarik dilirik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×