Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten penghuni indeks LQ45 melaporkan kenaikan kinerja secara tahunan dengan mencatatkan kenaikan laba bersih.
Meski kinerja naik secara tahunan, nyatanya kinerja sejumlah emiten pada kuartal III 2022 mengalami penurunan dari kuartal kedua 2022.
Rata-rata emiten yang mengalami penurunan kinerja secara kuartalan adalah emiten berbasis komoditas, baik nikel maupun batubara.
Penurunan laba dan pendapatan ini akibat melandainya harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) secara kuartalan. Ambil contoh, PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Emiten produsen nikel matte ini membukukan laba bersih US$ 168,38 juta sepanjang Sembilan bulan pertama 2022.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,17% ke Level 7.050 pada Penutupan Perdagangan Selasa (8/11)
Jumlah ini naik 37% dari laba bersih per kuartal ketiga 2021 sebesar US$ 122,93 juta.
Namun, kinerja INCO menyusut secara kuartalan.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo menyebut, laba bersih INCO di kuartal III 2022 menyusut 78,3% menjadi US$ 17,9 juta.
Turunnya laba bersih ini terutama karena penurunan ASP nikel, kenaikan biaya bahan bakar, dan tarif pajak yang lebih tinggi.
Pendapatan INCO pada kuartal ketiga juga turun 6,1% menjadi US$ 309,3 juta, terutama karena penurunan 26,8% pada ASP nikel dan dampak dari pembangunan kembali (rebuilding) dan pemeliharaan tungku 4 produksi.
EBITDA Vale Indonesia pada triwulan 2022 juga menurun 37% menjadi US$ 103,0 juta, dari sebelumnya sebesar US$ 163,4 juta pada kuartal kedua 2022.
Baca Juga: Asing Net Buy Rp 642 Miliar Saat IHSG Melesat 0,81% ke Level 7.102 di Awal Pekan Ini
“(Penurunan ini) disebabkan oleh realisasi harga nikel yang lebih rendah,” terang Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer Vale Indonesia.
Thomas mencatat, ASP nikel yang direalisasikan INCO pada kuartal ketiga sebesar US$ 17.840 per ton. Sedangkan pada kuartal kedua 2022, ASP yang direalisasikan INCO sebesar US$ 24.355 per ton.
PT Adaro Indonesia Tbk (ADRO) juga mengalami penurunan ASP batubara secara kuartalan.
Catatan Thomas, harga jual batubara ADRO menurun 6,0% secara kuartalan, dari sebelumnya US$ 148,4 per ton di kuartal kedua menjadi US$ 139,4 per ton di kuartal ketiga.
Akibatnya, laba bersih ADRO turun 15,0% secara kuartalan menjadi US$ 690,7 juta, terbebani oleh lonjakan biaya bahan bakar dan biaya komisi.
Baca Juga: IHSG Menguat 0,23% ke 7.061 di Sesi I Hari Ini (7/11), Sektor Energi Naik Tinggi
Namun, pendapatan ADRO naik tipis 2,4% menjadi US$ 2,3 miliar pada kuartal ketiga disebabkan volume penjualan batubara di periode ini naik 9% menjadi 16,6 juta ton.
Kenaikan volume penjualan ini mampu mengimbangi penurunan 6,0% pada ASP.
“Hasil kinerja ADRO kuartal ketiga ini sesuai dengan ekspektasi kami, karena kami melihat ini hanya sementara dan berharap kinerja ADRO pada kuartal keempat 2022 akan lebih solid, didukung oleh volume penjualan yang lebih tinggi.
PT United Tractors Tbk (UNTR) juga mengalami penurunan harga jual rata-rata.
Baca Juga: Wake Up Call: Antisipasi Bila Window Dressing Terjadi Lagi
Berdasarkan perhitungan Ciptadana Sekuritas, ASP batubara milik United Tractors turun 27% secara kuartalan menjadi US$ 190 per ton, yang diduga karena porsi volume penjualan batubara metalurgi yang lebih rendah. Harga jual rata-rata emas juga turun 6% menjadi US$ 1.710 per oz.
Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 9% secara kuartalan menjadi Rp 5,5 triliun seiring penurunan pendapatan sebesar 4% secara kuartalan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News