Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
Untuk MDLN, kekhawatiran pasar memang terletak pada utang jatuh tempo yang dinilai cukup memberatkan kesediaan kas. Padahal, lanjut Chris, MLDN memiliki kinerja yang tidak buruk sejauh ini.
Walau begitu, outlook yang cenderung negatif dari lembaga pemeringkat menjadi sentimen negatif yang memberatkan pergerakan saham CTRA dan MDLN. "Investor sudah melihat dari sisi utang, CTRA dan MDLN, cenderung akan lebih berat," jelas Chris Rabu (17/6).
Baca Juga: Schroders prediksi IHSG akhir tahun ini bakal ditutup di kisaran 5.200, ini faktornya
Sementara itu, Analis Pilarmas Investindo Okie Ardiastama menambahkan, sebenarnya pemerintah telah memberikan relaksasi penurunan suku bunga kredit, maupun kemudahan dalam pembelian properti.
Akan tetapi, stimulus ini belum belum akan berpengaruh pada kinerja emiten di sektor properti dalam waktu dekat ini. "Dalam kuartal II dan III tahun ini kemungkinan emiten properti masih cukup tertekan," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (17/6).
Ia juga berpendapat review dari lembaga pemeringkat akan menjadi pandangan negatif bagi pelaku pasar, khususnya pemegang surat utang emiten itu.
Viabilitas rating Bank Danamon ikut turun
Tidak hanya sektor properti, Fitch Ratings juga menurunkan peringkat emiten perbankan seperti PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN). Berdasar catatan Kontan.co.id, meskipun outlook-nya masih dipasang di stabil, peringkat viabilitas rating (VR) BDMN menurun menjadi BB dari sebelumnya BB+.
Baca Juga: Ini tiga skenario harga penutupan IHSG pada 2020 versi Mirae Asset sekuritas
Walau menurun, VR ini masih menunjukkan profil perusahaannya yang memuaskan, termasuk waralaba keuangan konsumen yang kuat. Salah satunya, anak usaha BDMN, PT Adira Finance Multi Dinamika Tbk yang memiliki peringkat stabil.