kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sejumlah Emiten Ini Keluar Dari 10 Besar Market Cap BEI, Simak Rekomendasi Analis


Rabu, 22 November 2023 / 15:47 WIB
Sejumlah Emiten Ini Keluar Dari 10 Besar Market Cap BEI, Simak Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Peta kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di bursa kembali berubah.


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peta kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di bursa kembali berubah. Selama tiga tahun terakhir terdapat beberapa saham yang terdepak dari posisi top ten, seperti UNVR, ADRO, EMTK, GOTO, hingga ARTO.

Melansir RTI, per 30 September 2023, market cap PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar Rp 132,76 triliun,  PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencapai Rp 83,48 triliun, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) sebesar Rp 35,52 triliun, dan  PT Bank Jago Tbk (ARTO) sebesar Rp 32,29 triliun.

Menurut data BEI per 21 November 2023, BBCA masih menduduki posisi pertama saham dengan kapitalisasi pasar terbesar, yakni Rp 1.071 triliun atau 9,75% dari total market cap bursa. Lalu, BREN dengan market cap Rp 840 triliun atau 7,64% dari total market cap bursa.

Di posisi ketiga ada BBRI dengan market cap yang mencapai Rp 780 triliun atau 7,10% dari total market cap bursa. Selanjutnya ada BYAN dengan market cap mencapai Rp 653 triliun atau 5,95% dari total market cap bursa, dan BMRI dengan market cap Rp 543 triliun atau 4,94% dari total market cap bursa.

Baca Juga: Sejumlah Emiten Blue Chip Terlempar dari Top 10 Market Cap, Cek Rekomendasi Analis

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan pergeseran market cap tersebut didasari oleh beberapa faktor. Salah satunya karena penurunan harga saham. Alhasil, faktor-faktor yang memicu penurunan harga saham menjadi pemicu penurunan market cap tersebut.

"Faktor paling utama adalah penurunan kinerja keuangan dalam beberapa periode terakhir. Faktor lain meliputi berakhirnya euforia pelaku pasar terhadap sektor tertentu, misalnya sektor teknologi atau yang terkait dengan digitalisasi," kata Valdy kepada Kontan.co.id, Rabu (22/11).

Valdy mencermati, sektor teknologi sempat mencapai puncak euforia di tahun 2022 silam, ketika ekonomi baru mulai pulih dari pandemi Covid-19 dan adaptasi masyarakat terhadap digitalisasi sangat cepat. Selain itu, adanya penurunan signifikan harga komoditas energi, terutama batubara di 2023.

Baca Juga: Harga Saham Blue Chip Ini Hanya 200-an, Analis Kompak Rekomendasi Beli

Adapun terkait dengan kinerja hingga akhir tahun, Valdy memproyeksikan secara umum, consumer related masih mungkin membaik di akhir tahun 2023. Mengingat konsumsi masyarakat umumnya mencapai level tertinggi dalam satu tahun di Desember 2023. Karena terdapat libur panjang sekolah dan libur nataru.

"UNVR dan EMTK mungkin dapat memperoleh sentimen positif dari potensi peningkatan konsumsi tersebut," tuturnya.

Di sisi lain, faktor pemberat masih dari kecenderungan penurunan harga komoditas, terutama komoditas energi mengingat aktivitas manufaktur di Eropa dan AS masih di bawah batas ekspansif 50, sementara di Tiongkok relatif berada di kisaran 50. Dengan demikian Valdy memperkirakan demand masih rendah.

"Pemulihan demand juga diperkirakan masih memerlukan waktu mengingat kondisi eksternal yang masih dibayangi oleh kebijakan moneter ketat dari The Fed dan ECB," kata Valdy.

Baca Juga: Peta Big Caps Berubah di BEI, Analis Jagokan Sejumlah Saham Ini

Dari sejumlah saham big caps di luar top ten tersebut, Valdy mengatakan bahwa ADRO masih bisa untuk dicermati, karena posisi PER dan PBV di 3,31x dan 0,79x yang lebih rendah dari PER dan PBV sektor di 6,84x dan 1,05x.

Sementara UNVR menurutnya masih dapat dicermati untuk jangka panjang, mengingat dividend yield yang cukup besar. Rata-rata dividend yield UNVR sejak 2014-2022 sebesar 3,25%.

Untuk rekomendasi, Valdy merekomendasikan ADRO berdasarkan potensi rebound secara teknikal dengan target harga Rp 2.900-Rp 2.950 per saham dan UNVR dengan target harga pertama Rp 3.600 per saham, selanjutnya Rp 3.850 per saham dan rentang Rp 4.030 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×