kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Saham Blue Chip Ini Keluar Dari 10 Besar Market Cap BEI, Investor Pilih Beli / Jual?


Rabu, 22 November 2023 / 07:16 WIB
Saham Blue Chip Ini Keluar Dari 10 Besar Market Cap BEI, Investor Pilih Beli / Jual?
ILUSTRASI. Saham Blue Chip Ini Keluar Dari 10 Besar Market Cap BEI, Investor Pilih Beli / Jual?


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) keluar dari daftar 10 saham dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar. Dengan kondisi tersebut, apakah investor perlu jual atau beli saham blue chip itu?

Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa. Biasanya, saham blue chip memiliki nilai kapitalisasi pasar besar dari puluhan triliun hingga ratusan triliun rupiah.

Di BEI, saham blue chip dikelompokkan dalam Indeks LQ45. Selama tiga tahun terakhir, terdapat beberapa saham blue chip yang bergeser dari posisi top ten saham berkapitalisasi pasar terbesar.

Saham blue chip yang terpental dari daftar 10 besar market cap BEI antara lain UNVR, ADRO, EMTK dan ARTO. Empat saham itu merupakan anggota Indeks LQ45 periode Agustus 2023-Februari 2024.

Melansir RTI, per 30 September 2023, market cap PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar Rp 132,76 triliun,  PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencapai Rp 83,48 triliun, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) sebesar Rp 35,52 triliun, dan  PT Bank Jago Tbk (ARTO) sebesar Rp 32,29 triliun.

Sedangkan saham blue chip yang saat ini masih menduduki market cap tertinggi atau masuk dalam jajaran di ranking 10 salah satunya yaitu, BBCA dengan market cap mencapai Rp 1.083 triliun atau 9,78% dari total market cap bursa. Lalu, BREN dengan market cap Rp 910 triliun atau 8,21% dari total market cap bursa.

Disusul oleh BBRI dengan market cap yang mencapai Rp 788 triliun atau 7,10% dari total market cap bursa, BYAN dengan market cap mencapai Rp 653 triliun atau 5,95% dari total market cap bursa, dan BMRI dengan market cap Rp 543 triliun atau 4,94% dari total market cap bursa.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christinas mengatakan, salah satu penyebab yang membuat beberapa big caps tersebut terlempar dari 10 besar adalah terkait dengan kinerjanya yang menurun.

"Seiring penurunan kinerja, harga melemah, transaksi semakin berkurang, sehingga membuat mereka terlempar dari top 10 big caps," kata Martha kepada Kontan.co.id, Selasa (21/11).

Seperti misalnya yang terjadi pada ADRO, yang membuat ADRO tergeser karena terjadi penurunan harga komoditas. Lalu UNVR terkait dengan persaingan yang ketat. Untuk EMTK karena terjadi penurunan kinerja pada anak usahanya.

Adapun terkait dengan kinerja hingga akhir tahun, Martha memproyeksikan kinerja ADRO, UNVR, dan EMTK akan mengalami penurunan kinerja secara tahunan. Sementara pada kinerja ARTO, masih diperkirakan tetap tumbuh positif.

Sementara Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mencermati hal tersebut terjadi karena sentimen global, dalam negeri, dan regulasi yang memainkan peranan yang penting. 

"Karena hal tersebut sangat memberikan pengaruh terhadap pergerakan saham tersebut," kata Nico kepada Kontan.co.id, Selasa (21/11).

Menurutnya, saham UNVR masih memiliki peluang karena masih ditopang oleh sentimen pemilu yang mempengaruhi sektor consumer goods. Namun, sisanya diprediksi baru akan mengalami penguatan di tahun depan.

"Di mana permintaan akan komoditas bisa pulih dan tingkat suku bunga mengalami penurunan yang memberikan dampak positif terhadap sektor teknologi," jelasnya.

Alhasil, Nico merekomendasikan saham-saham seperti, BBCA dengan target harga Rp 10.200 per saham, BBRI dengan target harga Rp 6.300 per saham, BBNI dengan target harga Rp 5.650 per saham, BMRI dengan target harga Rp 6.750 per saham.

Pada perdagangan Selasa 21 November 2023, harga saham BBCA ditutup di level 8.775, turun 100 poin atau 1,13%. Dalam perdagangan 5 hari terakhir, harga saham BBCA terus melemah dengan akumulasi penurunan sebesar 225 poin atau 2,50%.

 

Lalu saham UNVR dengan target harga Rp 4.100, TLKM dengan target harga Rp 4.600 per saham, dan ASII dengan target harga Rp 7.200 per saham. Menurutnya, saham-saham tersebut masih layak untuk dipilih hingga akhir tahun, terutama menjelang potensi adanya window dressing.

Sementara Martha merekomendasikan untuk hold pada saham ADRO dengan target harga 2.380 per saham dan UNVR dengan target harga Rp 4.500 per saham.

Itulah rekomendasi saham blue chip untuk perdagangan hari ini, Rabu 22 November 2023. Ingat, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×