kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.555   -55,00   -0,33%
  • IDX 6.980   147,08   2,15%
  • KOMPAS100 1.012   25,10   2,54%
  • LQ45 787   21,71   2,84%
  • ISSI 220   2,17   0,99%
  • IDX30 409   11,84   2,98%
  • IDXHIDIV20 482   15,28   3,27%
  • IDX80 114   2,54   2,27%
  • IDXV30 116   2,05   1,79%
  • IDXQ30 133   4,16   3,22%

Sejumlah Emiten Energi dan Tambang Terbitkan Obligasi untuk Berbagai Kebutuhan


Rabu, 23 April 2025 / 20:05 WIB
Sejumlah Emiten Energi dan Tambang Terbitkan Obligasi untuk Berbagai Kebutuhan
ILUSTRASI. Penerbitan surat utang berupa obligasi atau sukuk belakangan cukup gencar dilakukan emiten-emiten di sektor energi dan pertambangan.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini, penerbitan surat utang berupa obligasi atau sukuk cukup gencar dilakukan emiten-emiten di sektor energi dan pertambangan.

Salah satu contohnya, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang baru-baru ini menawarkan Obligasi Berkelanjutan VI Medco Energi Tahap I 2025 dengan nilai sebesar Rp 1 triliun. Obligasi ini ditawarkan dalam empat seri dengan tenor mulai dari 3 tahun sampai 10 tahun serta tingkat bunga mulai dari 6,75% sampai 9%. Manajemen MEDC menyebut obligasi ini hanya ditawarkan kepada pemodal profesional.

Pihak MEDC juga menyatakan, seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk pelunasan jumlah terutang atas obligasi perusahaan yang akan jatuh tempo pada 2026 sebanyak Rp 808,20 miliar.

Selain itu, ada PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) yang telah mencatatkan Obligasi III Merdeka Battery Materials Tahun 2025 dengan jumlah pokok sebesar-besarnya Rp 1,7 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 16 April 2025.

Pokok obligasi senilai Rp 1,28 triliun terdiri atas tiga seri dengan tenor mulai dari 367 hari kalender sampai 5 tahun, serta tingkat bunga berkisar 7,50% sampai 9,25%. Sementara itu, sisa dari pokok obligasi sebesar Rp 415,94 miliar akan dijamin secara kesanggupan terbaik.

Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Siapkan Rp 1,89 Triliun untuk Bayar Obligasi Jatuh Tempo

Dana hasil penerbitan obligasi sebanyak Rp 1,65 triliun akan digunakan MBMA untuk pembayaran lebih awal atas seluruh pokok utang yang timbul berdasarkan Perjanjian Fasilitas untuk Fasilitas Kredit Bergulir Mata Uang Tunggal pada 1 November 2024 dengan kreditur yaitu PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank Maybank Indonesia Tbk melalui CIMB sebagai agen.

Adapun sisa dana obligasi tersebut akan digunakan sebagai modal kerja, termasuk namun tidak terbatas pada biaya karyawan, biaya jasa profesional, biaya pajak, dan biaya keuangan sehubungan dengan kegiatan operasional MBMA.

Mundur ke tanggal 27 Maret 2025 atau hari terakhir perdagangan di pasar modal sebelum Libur Lebaran, anak usaha PT BUMA Internasional Group Tbk (DOID) yaitu PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) resmi mencatatkan Sukuk Ijarah I BUMA 2025 senilai Rp 2 triliun di bursa. Sukuk ini ditawarkan dalam tiga seri dengan jangka waktu mulai dari 370 hari sampai 5 tahun. 

Sebanyak 50% dana sukuk tersebut akan dipakai sebagai belanja modal untuk mendukung kegiatan operasional BUMA, sedangkan sisanya akan digunakan untuk modal kerja.

Community Lead Indo Premier Sekuritas Angga Septianus menganggap, obligasi dapat menjadi pilihan bagi suatu perusahaan dalam melakukan perpanjangan atau pelunasan utang obligasi maupun pinjaman lainnya yang akan jatuh tempo. Wajar apabila beberapa emiten energi dan pertambangan cukup getol memanfaatkan instrumen tersebut.

Saat ini, obligasi juga menjadi opsi pendanaan yang menarik di tengah risiko bisnis yang meningkat belakangan ini. Imbal hasil yang ditawarkan obligasi juga mencerminkan emiten penerbit instrumen tersebut yang telah melalui proses pemeringkatan kredit secara ketat.

“Namun, bagi investor disarankan tetap memperhatikan kelangsungan dari masing-masing perusahaan,” ujar dia, Rabu (23/4).

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menimpali, obligasi juga cukup dilirik oleh emiten energi dan pertambangan untuk memenuhi pendanaan ekspansi. Apalagi, pemerintah telah mendorong pengolahan mineral dan batubara (minerba) di dalam negeri melalui program hilirisasi yang tentu membuat pelaku usaha di sektor ini membutuhkan dana yang besar. 

Selain itu, harga obligasi juga cenderung lebih stabil di pasar, sehingga investor yang berminat instrumen ini cukup besar ketika pasar saham masih bergejolak. Hal ini turut memudahkan emiten dalam memaksimalkan penggalangan dana melalui penerbitan surat utang.

Ekky meyakini, emiten-emiten, termasuk dari sektor energi dan pertambangan, akan terus menerbitkan obligasi mengingat pasar saham yang tidak menentu lantaran ketidakpastian global. Ditambah lagi, harga komoditas juga masih bergerak volatil sehingga membuat pendanaan melalui instrumen berbasis saham kurang menarik.

“Proyeksi penurunan suku bunga acuan di tahun ini harusnya menambah dorongan bagi emiten untuk menerbitkan obligasi,” kata dia, Rabu (23/4).

Baca Juga: Pasar Saham Lesu, Emiten Memburu Pendanaan Lewat Obligasi

Sementara menurut Angga, tren penerbitan obligasi nantinya bergantung dari masing-masing perusahaan. Sebelum menawarkan obligasi, pihak emiten tentu sudah mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk likuiditas keuangan untuk keberlangsungan pembayaran utang.

Posisi utang sendiri harus berada pada rasio seperti Debt to Equity Ratio (DER) yang cukup atau wajar agar tidak membebani emiten yang bersangkutan.

Untuk saat ini, Angga belum memiliki rekomendasi saham atas emiten-emiten energi dan pertambangan yang menerbitkan obligasi. Namun, investor dapat fokus ke saham-saham bluechip.

Di sisi lain, Ekky merekomendasikan beli saham MEDC yang harga sahamnya diperkirakan dapat kembali ke kisaran Rp 1.200—1.230 per saham. Saham MEDC dipandang cukup menarik seiring potensi jangka panjang dari energi terbarukan yang dijalankan oleh anak usahanya, PT Medco Power Indonesia.

Dia juga menilai, saham MBMA dan DOID mulai memperlihatkan teknikal rebound dalam jangka pendek. Investor yang berminat pada saham kedua emiten ini membutuhkan konfirmasi bahwa harga komoditas dapat kembali stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×