Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah dalam tiga bulan terakhir asing sempat tercatat melakukan aksi jual (net sell) bersih hingga Rp 830,78 miliar, akhirnya asing kembali mencatatkan aksi beli bersih (net buy).
Berdasarkan data RTI, dalam satu bulan terakhir nilai net buy asing di seluruh pasar mencapai Rp 5,45 triliun. Ini turut mendorong net buy sejak awal tahun hingga Jumat (4/6) menjadi Rp 10,67 triliun.
SVP Research Kanaka Hita solvera Janson Nasrial mengatakan arus masuk (net inflow) ini menjadi satu-satunya di Asean untuk pasar saham, karena mengantisipasi laporan keuangan kuartal II-2021 yang akan lebih baik secara tahunan karena low base effect. Di mana pada kuartal II-2020 dinilai sebagai titik terendah kinerja.
Baca Juga: IHSG pekan depan diramal menguat, ini sentimen pendorongnya
"Serta antisipasi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 yang akan lebih baik dibanding kuartal satu kemarin," jelas Janson, Jumat (4/6).
Perbaikan kondisi ini juga sejalan dengan distribusi vaksin yang dinilai semakin sukses, sehingga peluang ekonomi kembali dibuka menjadi lebih agresif.
Berdasarkan data RTI, 10 saham yang paling diburu asing sejak awal tahun antara lain BBRI mencapai Rp 4,3 triliun, TLKM Rp 3,5 triliun, TBIG Rp 930,8 miliar, UNTR Rp 681,1 miliar, dan KLBF Rp 670,7 miliar.
Kemudian MDKA Rp 495,6 miliar, BMRI Rp 494,3 miliar, BBNI Rp 400,2 miliar, BBTN Rp 394,4 miliar dan JPFA Rp 374,7 miliar.
Baca Juga: Intip saham-saham yang paling banyak dilego asing dalam sepekan
Janson menilai saham-saham yang diburu asing tersebut juga sangat menarik apabila investor dalam negeri ingin ikut mengoleksi. Terutama untuk saham perbankan yang sangat mempengaruhi pergerakan IHSG.
Janson menggunakan istilah IHS lives and dies with banking sector, yang di kuartal I 2021 kemarin kinerja laba ataupun net interest margin tidak terlalu buruk.
Janson merekomendasikan buy on weakness (bow) saham BBRI di harga Rp 4.150 dengan target Rp 5.000, bow BBNI Rp 5.200 dengan target Rp 6.100, dan buy on weakness BBCA Rp 31.000 dengan target Rp 35.000.
Baca Juga: IHSG berpotensi terangkat ramainya cum date dividen hingga pekan depan
Meski demikian, Janson juga menyarankan investor untuk waspada pada akselerasi inflasi di Amerika Serikat (AS) ataupun kenaikan yield US Bond Treasury yang bisa menyebabkan risiko penurun.
Namun Janson menilai potensi penurunan IHSG sudah sangat terbatas di level 5.900-5.950 sehingga masih ada potensi kenaikan hingga akhir tahun dengan target 6.800.
Selanjutnya: Rata-rata frekuensi harian naik, kapitalisasi pasar di bursa tambah Rp 254,97 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News