kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Seiring kenaikan penjualan Indofood CBP (ICBP), prospek INDF semakin membaik


Selasa, 12 Januari 2021 / 17:06 WIB
Seiring kenaikan penjualan Indofood CBP (ICBP), prospek INDF semakin membaik
ILUSTRASI. Akuisisi Pinehill pada tahun lalu akan menahan laba bersih Indofood Sukses Makmur (INDF) tahun ini.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Apalagi, Sukarno melihat pola hidup masyarakat selama kondisi pandemi saat ini berpotensi dapat meningkatkan volume penjualan dari segmen consumer branded product. Dia meyakini, penjualan mie instan ICBP masih akan menjadi kontribusi utama terhadap kinerja INDF.

“Jadi secara keseluruhan prospek ke depannya masih sangat bagus, mengingat tingkat konsumsi masyarakat tetap terjaga walaupun dengan kondisi pandemi. Kondisi secara fundamental saat ini bagus dan dari sisi rasio profitabilitas ada kenaikan meskipun tidak terlalu signifikan,” imbuh Sukarno.

Kendati mendapat sentimen positif dari potensi perbaikan konsumsi masyarakat dan kenaikan harga komoditas, Putu menilai saat ini sentimen negatif juga masih membayangi kinerja INDF. Menurutnya, saat ini INDF masih rentan terhadap fluktuasi harga bahan baku, kondisi makroekonomi yang masih penuh tantangan, hingga volatilitas nilai tukar rupiah.

“Sementara dari sisi fundamental, kinerja INDF sejauh ini masih di bawah ekspektasi NH Korindo Sekuritas. divisi segmen mie instan saat ini kinerjanya masih rendah. Lalu, akuisisi Pinehill juga meningkatkan beban keuangan INDF seiring pinjaman yang diambil cukup besar,” tambah Putu.

Baca Juga: Simak rekomendasi analis terhadap saham Indofood CBP (ICBP) pasca akuisisi Pinehill

Natalia melihat Indofood masih akan mempertahankan gross margin di kisaran 31,6% seiring margin yang lebih tinggi juga dari Indofood CBP. Lalu dari sisi top line, INDF akan mengantongi Rp 91,8 triliun pada akhir 2021.

Sementara dari bottom line, Natalia menilai akuisisi Pinehill pada tahun lalu akan menahan laba bersih INDF. Hal ini tidak terlepas dari penambahan utang dalam proses akuisisi tersebut. Dus, proyeksi Natalia, laba bersih INDF pada tahun 2021 akan sebesar Rp 5,7 triliun.

Natalia pun merekomendasikan untuk beli INDF dengan target harga Rp 8.100 per saham, dari sebelumnya Rp 9.000 per saham. Salah satu yang menjadi pemberat harga saham INDF datang dari utang dalam mata uang asing yang besar serta pungutan progresif atas harga CPO dapat membatasi peningkatan margin di masa mendatang.

Walau dibayangi risiko, secara jangka panjang Putu meyakini INDF masih menarik. Oleh karena itu, dia merekomendasikan untuk beli dengan target harga Rp 8.000 per saham. Sementara Sukarno juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp 7.800 per saham.

Adapun, pada perdagangan Selasa (12/1), harga saham INDF melemah 0,37% ke Rp 6.725 per saham.

Baca Juga: Menanti berkah akuisisi Pinehill pada kinerja Indofood CBP (ICBP) di tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×