kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Secara teori, ada 2 cara menyelamatkan Garuda Indonesia


Kamis, 10 Juni 2021 / 06:55 WIB
Secara teori, ada 2 cara menyelamatkan Garuda Indonesia


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) masih dibayangi permasalahan keuangan. Di tengah beban utang yang menumpuk, opsi restrukturisasi utang, terutama dengan kreditur yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pemerintah, dinilai menjadi opsi yang tepat untuk mengatasi  permasalahan ini.

Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, secara teori, permasalahan keuangan yang dihadapi Garuda bisa ditangani melalui dua cara, yaitu menaikkan omset serta menurunkan beban pengeluaran.

Hanya saja, cara yang kedua, menurut Alfred, menjadi cara yang lebih realistis untuk ditempuh, sebab opsi untuk menaikkan pendapatan dalam jangka  pendek relatif lebih sulit ditempuh mengingat adanya pemberlakuan pembatasan mobilitas di tengah pagebluk Covid-19.

Baca Juga: OJK perbolehkan penyelesaikan kredit Garuda dengan skema debt to equity swap

“Kalau menaikkan pendapatan sudah pasti ada risiko regulasi atau dampak regulasi, dan memang kita tahu regulasi (pembatasan) memang punya latar belakang yang kuat, jadi pemerintah ketika melakukan pembatasan itu  memang ada pertimbangan yang di luar bicara bisnis,” terang Alfred kepada Kontan.co.id, Rabu (9/6).

Untuk itu, Alfred menyarankan agar pemerintah menempuh opsi restrukturisasi utang dengan cara meminta perpanjangan tenor pembayaran pokok bunga serta penurunan bunga.

Hal ini menurutnya bisa ditempuh terutama untuk pinjaman yang berasal dari perusahaan-perusahaan pelat merah yang dimiliki oleh pemerintah.

Restrukturisasi ini juga bisa dilakukan dengan skema debt to equity, yaitu mengkonversi utang menjadi saham dalam kepemilikan saham Garuda.

 

Seperti telah dimuat  dalam pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, maskapai pelat merah ini tercatat memiliki utang yang jatuh tempo per Mei 2021 sebesar Rp 70 triliun atau US$ 4,9 miliar dari Rp 140 triliun total utangnya. Sebagai utang itu merupakan pinjaman ke pihak perbankan.

Baca Juga: Kementerian BUMN: Penyelesaian kredit Garuda bisa pakai skema debt to equity swap

Berdasarkan laporan keuangan Garuda per September 2020, pinjaman jangka pendeknya ke perbankan mencapai US$ US$ 754,3 juta. Sedangkan pinjaman jangka panjang tercatat sebesar US$ 260,95 juta di mana US$ 92,6 juta di antaranya jatuh tempo dalam waktu setahun.

Pinjaman jangka pendek itu berasal sejumlah bank mengacu pada data September 2020. Di antaranya berasal dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Bank Mandiri, Bank Permata, Bank Panin, ICBC, Bank of China Limited, Bank CTBC Bank KEB Hana Indonesia, HSBC dan BCA.

Sedangkan pinjaman jangka panjang berasal dari BRI, BNI, Indonesia Infrastructure Finance (IIF), Bank Maybank Indonesia, dan BCA.

Menurut Alfred, upaya restrukturisasi oleh kreditur perusahaan-perusahaan pelat merah bisa mendorong kreditur non BUMN untuk melakukan langkah serupa.

“Ketika misalnya Garuda punya utang ke BUMN dan itu diswap menjadi ekuitas. artinya nanti kreditur non pemerintah melihat bahwa pemerintah berkorban pemerintah serius, dalam hal ini para kreditur non pelat merah jadi berpikir, ketimbang kreditnya macet, atau ktetimbang mereka tempuh opsi untk pkpub  dan sebagainya, lebih baik ambil opsi ini (restrukturisasi) kan masih ada peluang karena bicaranya pemerintah yang turun,” terang Alfred.

Dalam catatan Kontan.co.id sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyebut bahwa menyebut utang tersebut harus direstrukturisasi. Sebab, bila penyelamatan ini tidak dilakukan maskapai pelat merah ini bakal makin kesusahan di masa mendatang.

Baca Juga: Ini kata pengamat penerbangan terkait opsi penyelamatan Garuda Indonesia (GIAA)

“Memang yang menjadi krusial saat proses restrukturisasi sebagai contoh utang (kredit) di Bank Himbara itu tidak mungkin di hair cut. Dia hanya mungkin dikonversi menjadi ekuitas seperti zaman dahulu yang juga ada kredit dijadikan ekuitas,” ujar Tiko  dalam acara Business Talk, acara kolaborasi KONTAN dan Kompas TV  yang disiarkan secara live, Selasa (9/6) malam.

Dihubungi terpisah, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra belum mau banyak berkomentar. Yang terang, ia memastikan bahwa semua opsi ‘penyelamatan’ Garuda masih terbuka dan belum ditentukan secara final.

“Intinya semua opsi dipertimbangkan. Belum conclude, tapi tentu nanti akan diinformasikan kalau sudah final," kata Irfan kepada Kontan.co.id, Rabu (9/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×