kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Secara teknikal rupiah menuju ke Rp 12.950 berapa level fundamentalnya?


Selasa, 05 Januari 2021 / 07:30 WIB
Secara teknikal rupiah menuju ke Rp 12.950 berapa level fundamentalnya?


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah menguat tajam di awal tahun 2021. Peluang penguatan rupiah diperkirakan masih berlanjut di sepanjang tahun ini. 

Senin (4/1), rupiah menguat 1,12% di Rp 13.985 per dollar AS. Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, secara fundamental rupiah masih ada dukungan untuk menguat sehingga ada kemungkinan penguatan rupiah akan berlanjut. 

Baca Juga: Rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang Rp 13.800-Rp 14.500 pada akhir 2021

Faktor pertama adalah prospek dollar AS yang masih bearish di tengah stimulus fiskal yang digelontorkan oleh pemerintah AS. Selain itu, kebijakan moneter The Fed yang masih akomodatif juga masih mendukung pelemahan dollar AS. 

"Kebijakan quantitative easing yang terus digelontorkan The Fed akan membuat pasokan dollar di pasar semakin banyak, yang dapat melemahkan dollar," kata Alwi. Di samping itu, The Fed akan menahan suku bunga rendah setidaknya sampai dua tahun ke depan. Hal ini akan menambah bearish prospek dollar dan menjadi katalis positif buat rupiah. 

Dollar AS juga kemungkinan terbebani dengan defisit anggaran (fiskal) dan defisit transaksi berjalan AS. Selain itu, Alwi berpendapat, program vaksinasi yang dilakukan hampir semua negara akan meningkatkan optimisme mengenai pemulihan ekonomi global, mendorong investor memburu aset berisiko, tak terkecuali rupiah

Sementara dari dalam negeri, fundamental cukup mendukung menurut Alwi adalah pernyataan Gubernur BI Pery Warjiyo yang menyebut peningkatan aliran masuk modal asing. 

Baca Juga: Tembus ke bawah Rp 14.000, penguatan rupiah masih akan berlanjut

Jika benar terjadi maka akan menopang Neraca Pembayaran Indonesia tetap baik sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal. Neraca perdagangan November 2020 mencatat surplus sebesar US$ 2,61 miliar, setelah di bulan sebelumnya juga mengalami surplus US$ 3,58 miliar. Cadangan devisa Indonesia akhir November 2020 tetap tinggi, yakni US$ 133,6 miliar. 

Sementara itu, Alwi menyebut, faktor risiko yang mampu menjadi pemberat rupiah adalah varian baru virus corona di Inggris. "Apakah nantinya varian ini akan menjadi pandemi baru, yang bisa memicu double dip recession," kata dia. 

Risiko bagi rupiah yang lain adalah perang dagang AS dan China, yang masih belum usai. "Perang dagang AS vs China akan tergantung sikap politik presiden AS yang baru Joe Biden terhadap China," kata Alwi. 

Tapi Alwi yakin potensi asing masuk ke pasar keuangan dalam negeri masih besar terjadi. 4. Aliran modal asing menurut Alwi sudah mulai masuk ke pasar keuangan Indonesia sepanjang Oktober hingga 15 Desember. Ia menghitung, jumlahnya mencapai US$ 2,54 miliar, atau sekitar Rp 35 triliun. 

Bank Indonesia menyebut, masuknya asing menjadi daya dorong bagi penguatan rupiah. "Tapi untuk potensi asing yang masuk, saya saya bisa jawab, karena terbatasnya data, mohon maaf," jelas Alwi. 

Alwi memperkirakan, support kuat rupiah kemungkinan akan berada di kisaran Rp 12.950 dan berpotensi breakout ke Rp 12.350 jika aliran dana terus masuk ke dalam negeri. 

Baca Juga: Dolar AS masih melemah, rupiah diproyeksikan menguat pada Selasa (5/1)

"Masuknya dana asing jika pemulihan ekonomi berhasil, pasar emerging market, biasanya akan menjadi tempat pelarian dana," terang Alwi. Selain itu, imbal hasil obligasi dalam negeri masih lebih menarik ketimbang imbal hasil obligasi AS.

Sementara level resistance rupiah menurut Alwi ada di kisaran Rp 14.650 per dollar AS jika risiko terjadi. "Menurut saya tren rupiah bisa di 12.950 dari sisi teknikal, sementara untuk fundamental akan mengacu pada asumsi APBN, apakah ada revisi, dari sebelumnya 14.600," jelas dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×