Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak masih dalam tren bearish tanpa adanya sentimen geopolitik. Data fundamental, seperti naiknya produksi minyak di AS makin menekan harga minyak.
Mengutip Bloomberg, Jumat (8/6) pukul 19:45 harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2018 di Nymex-AS turun tipis 0,39% ke level US$ 65,69 per barel. Sementara selama sepekan harga minyak WTI stagnan dan cenderung turun sebesar 0,18%.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan beberapa faktor penyebab harga minyak turun karena produksi minyak AS bertambah. "Jumlah pengeboran minyak di AS terus meningkat," kata Faisyal, Jumat (8/6).
Persediaan minyak AS untuk periode Mei 2018 tercatat melambung 2,1 juta barel per hari.
Analis PT Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menambahkan sepekan lalu, produksi minyak di AS menyentuh level tertinggi di 19,8 juta barel per hari.
Selain itu, harga minyak dalam tren bearish karena mendapat ancaman dari China yang mengurangi impor minyak. Deddy menyebut impor minyak China di Mei 2018 turun hanya sebesar 9,2 juta barel per hari dari 9,6 juta barel per hari di April 2018.
Produksi minyak di AS yang hampir menyamai produksi minyak di Rusia yang sebesar 11 juta per barel juga membuat harga minyak cenderung menurun.
Melihat data fundamental yang masih negatif, Deddy mengatkan kenaikan harga minyak ke depan bisa terjadi bila ada ketegangan geopolitik. Namun dalam jangka panjang, bila pertumbuhan ekonomi global membaik, tidak menutup kemungkinan permintaan minyak bisa naik dan membuat harga minyak juga bertumbuh.
Senada Faisyal juga memproyeksikan untuk jangka pendek harga minyak masih bearish. Sementara, kemungkinan harga minyak naik bisa datang dari turunnya ekspor minyak dari Venezuela.
Deddy memperkirakan pelaku pasar mulai aktif masuk ke pasar minyak setelah rapat OPEC berlangsung. Selama menunggu rapat tersebut harga minyak diproyeksi konsolidasi di rentang US$ 64 per barel hingga US$ 67 per barel.
Deddy menganalisis harga minyak di bawah MA 50 tetapi masih berada di atas MA 100 dan 200. Indikator tersebut menandakan harga minyak masih berpotensi melemah untuk jangka panjang dan jangka pendek berpotensi koreksi. Stochastic berada di area 43 menandangkan harga cenderung melemah. RSI berada di area 40 juga menandakan harga melemah. MACD berada di area negatif juga menandakan harga melemah.
Deddy memproyeksikan harga minyak di Senin (11/6) berada dikisaran US$ 66,30 - US$,00 65. Sedangkan harga minyak sepekan depan berada di US$ 64,00 - US$ 67,33.
Sementara, Faisyal memproyeksikan harga minyak Senin (11/6) berada di US$ 66,30 - US$ 64,75 dan sepekan di US$ 62,75- US$ 68,00.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News