Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
Padahal, harga CPO di bulan-bulan sebelumnya di tahun 2019 cenderung lebih rendah apabila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Pada bulan Agustus misalnya, perseroan mencatat harga rerata CPO hanya mencapai Rp 6.460 per kg, lebih rendah dibanding harga CPO di bulan Agustus 2018 yang sebesar Rp 6.800 rupiah per kg.
Sementara itu, tren perbaikan harga CPO cenderung terus mengalami peningkatan pada bulan Oktober dan bulan-bulan berikutnya. Berdasarkan catatan perseroan, harga rerata CPO di bulan Oktober mencapai sebesar 6.800 per kg atau lebih besar Rp 150 dibanding harga CPO Oktober 2018 yang sebesar Rp 6.650.
Selisih ini selanjutnya kian melebar di bulan November ketika harga CPO mencapai Rp 7.270 per kg, meningkat Rp 750 dibanding harga CPO November 2018 yang sebesar Rp 6.520 per kg.
Baca Juga: Laba bersih Sampoerna Agro (SGRO) anjlok 90,28% di kuartal III 2019
“Harga pasar sudah bereaksi tajam untuk mengantisipasi tren di 2020,” kata Michael dalam acara paparan publik.
Untuk menunjang realisasi target produksi, perseroan akan menganggarkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 600 miliar pada tahun depan.
Sebanyak 2/3 dari capex tersebut akan digunakan untuk pemeliharaan dan pengembangan asset perkebunan seperti misalnya pembelian pupuk, pemeliharaan tanaman, ekspansi penanaman baru (new planting) ataupun penanaman kembali (replanting), dan sebagainya.
Baca Juga: Ramai-ramai Menadah Berkah Kebijakan Biodiesel B30
Sementara itu, sebanyak 1/3 dari capex akan dialokasikan untuk pemeliharaan asset tetap seperti bangunan, jalan, mesin, dan lain-lain. Adapun sumber pendanaan diperkirakan masih akan mengandalkan kas operasional perusahaan.
Namun demikian, Michael mengatakan pihaknya tetap membuka opsi untuk memanfaatkan pendanaan eksternal seperti pinjaman perbankan ataupun pembiayaan dari pasar modal apabila diperlukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News