Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mencermati, apa yang terjadi bukan persoalan valuasi yang masih murah atau sudah mahal, tetapi kehadiran market market untuk suatu saham.
“Itu yang terjadi dengan BREN dan ASII, dimana pemegang saham pengendali BREN berkepentingan menjaga harga sahamnya sementara ASII tidak ada yang berkepentingan,” katanya kepada Kontan, Senin (13/1).
Budi bilang kondisi ini memberikan risiko sekaligus dan peluang seperti biasa untuk semua investor termasuk pemula. Jadi dalam berinvestasi tidak hanya cukup hanya dengan penilaian fundamental.
Baca Juga: Saham-Saham yang Banyak Diborong Investor Asing Selama Sepekan Terakhir
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas menambahkan potensi yang ada di pasar saham saat ini, tak hanya sekadar menganalisa fundamental.
Nico mengatakan memang saham BREN valuasinya sudah sangat mahal, tetapi secara analisa teknikal ada gap di pergerakan BREN yang memberikan potensi kenaikan menutup gap tersebut.
“Hal ini yang dilihat sebagai sebuah peluang oleh pelaku pasar dan investor sehingga tidak hanya berbicara secara fundamental, tetapi kesempatan datang dari analis teknikal,” ucapnya.
Baca Juga: Simak Tingkat Kurs Dollar-Rupiah di BCA Hari Ini Senin, 13 Januari 2024
Untuk itu, Nico menyarankan investor harus tetap menetapkan beberapa hal. Yakni, tujuan investasi, jangka waktu investasi, profil risiko dan karakter pada masing-masing diri investor.
“Pelajari fundamental dan teknikal. Kombinasikan keduanya untuk mendapatkan momentum dan peluang sambil menyiapkan trading plan,” kata dia.
Selanjutnya: Bitcoin Tertekan Setelah Goldman Sachs Turunkan Ekspektasi Suku Bunga The Fed
Menarik Dibaca: Baik untuk Diabetes, Ini 9 Manfaat Daun Jambu Biji untuk Kesehatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News