Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
Lebih lanjut, Robert tidak menampik emiten farmasi juga diberatkan dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini sedang terjadi. Mengingat, mayoritas bahan baku industri farmasi saat ini masih didatangkan dari impor.
Sementara itu, Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menilai, SIDO berpotensi mencatatkan pertumbuhan yang lebih kuat tahun ini. Sebab, SIDO dinilai getol untuk melakukan ekspansi.
Dalam risetnya awal bulan lalu, Robertus mengatakan, saat ini SIDO sedang dalam proses mendaftarkan lisensi distribusinya di Vietnam, Myanmar, dan Ghana, yang diharapkan akan berdampak pada kinerja paruh kedua tahun ini.
Adapun Kresna Sekuritas memproyeksikan pendapatan SIDO tahun ini mencapai Rp 3,4 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 902,3 miliar.
Sementara itu, Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan KLBF berusaha menambah stok bahan baku produksi yang didatangkan dari China dan India pada awal tahun. Penambahan stok ini dilakukan seiring kekhawatiran terhadap aktivitas ekonomi China menyusul merebaknya virus corona (Covid-19).
Baca Juga: Kinerja berpotensi loyo karena wabah corona, simak rekomendasi saham emiten ritel
Ternyata, penyebaran Covid19 terus meluas sehingga mengganggu operasional pabrik-pabrik bahan baku di China. Termasuk transportasi keluar dan masuk China.
“KLBF diperkirakan mempunyai potensi kehilangan pendapatan sebesar Rp 100 miliar – Rp 200 miliar bila hambatan ini masih berlangsung melewati Juni 2020,” tulis Suria dalam riset, (11/3).
Namun, Suria memperkirakan bahan baku farmasi dari China masih akan cukup hingga Juni 2020. Proyeksi dia, penjualan KLBF pada tahun ini bakal tumbuh 6,7% dengan laba bersih hanya tumbuh 5% secara tahunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News