kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.609.000   -2.000   -0,12%
  • USD/IDR 16.175   0,00   0,00%
  • IDX 7.166   -66,59   -0,92%
  • KOMPAS100 1.055   -9,60   -0,90%
  • LQ45 831   -12,11   -1,44%
  • ISSI 214   0,13   0,06%
  • IDX30 427   -6,80   -1,57%
  • IDXHIDIV20 512   -6,51   -1,26%
  • IDX80 120   -1,15   -0,95%
  • IDXV30 123   -0,75   -0,60%
  • IDXQ30 140   -2,07   -1,45%

Saham-Saham Pilihan di Tahun Ular Kayu 2025


Minggu, 26 Januari 2025 / 09:59 WIB
Saham-Saham Pilihan di Tahun Ular Kayu 2025
ILUSTRASI. Memasuki Tahun Ular Kayu 2025, sejumlah sektor saham patut dicermati lantaran memiliki prospek yang lebih menguntungkan.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki Tahun Ular Kayu 2025, sejumlah sektor saham patut dicermati lantaran memiliki prospek yang lebih menguntungkan.

Dalam riset terbaru CLSA Feng Shui Index 2025, CLSA menyebutkan bahwa industri berelemen kayu, api, dan air akan jadi sektor unggulan di tahun ini. Dari elemen kayu, sektor yang patut dicermati salah satunya adalah sektor konsumer. 

“Cermati industri yang justru berskala kecil, seperti baju,” ujar CLSA dalam riset, Kamis (16/1) lalu.

Industri berelemen air dianggap prospektif lantaran air memiliki hubungan yang kuat dengan kayu. Sektor perdagangan dan logistik bisa dicermati. Selain itu, industri film juga patut dicermati, menurut CLSA.

Baca Juga: Ini Saham-Saham Top Gainers Sepekan Saat IHSG Hanya Naik Tipis Hingga Jumat (24/1)

Untuk industri berelemen api, akan mengalami penguatan di semester II. Menurut CLSA, tahun 2025 merupakan tahun bagus untuk industri minyak dan gas bumi.

Selain itu, industri berelemen tanah dinilai juga bisa prospektif di tahun ini, meskipun peluangnya tidak setinggi dua elemen di atas.

Industri berelemen tanah punya ruang pertumbuhan yang cukup signifikan di tahun ini, meskipun cakupannya tak terlalu luas. Sektor yang bisa dilirik adalah infrastruktur dan distribusi gas.

Sebaliknya, industri berelemen logam dianggap kurang prospektif di tahun Ular Kayu. Sehingga, sektor komoditas logam dan otomotif memiliki ruang yang sempit untuk bertumbuh di tahun ini.

Baca Juga: Geliat Investasi Pasca Pelantikan Trump dan Gencatan Senjata Gaza

Head of Investment Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe melihat, emiten dengan memiliki prospek tinggi di tahun 2025 adalah emiten minyak dan gas bumi yang berelemen api. Hal itu lantaran didorong sentimen kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) yang fokus ke energi fosil.

“Trump mau pakai energi murah dan ini diharapkan akan mendorong kinerja saham energi fosil,” ujarnya kepada Kontan beberapa waktu lalu.

Untuk sektor konsumer yang berelemen kayu, pergerakan sahamnya cenderung stagnan.

“Namun, sentimen positif untuk tahun 2025 di tahun ini berasal dari kemungkinan peningkatan konsumsi domestik yang juga didorong oleh penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI),” paparnya.

Baca Juga: Tiga Saham Masuk, Ini Daftar Saham LQ45 Lengkap Periode 3 Februari-30 April 2025

Jika dibandingkan antara sektor energi dan konsumer, Kiswoyo melihat sektor energi lebih prospektif di tahun 2025. Kinerja emiten sektor energi memang volatile karena dipengaruhi oleh harga komoditas yang fluktuatif. 

“Namun, price to earning ratio (PER) harga saham sektor energi lebih bagus dibandingkan dengan sektor konsumer,” paparnya.

Sementara, meskipun dilihat bisa prospektif karena berelemen air, saham logistik tidak disarankan untuk dilirik investor lantaran pergerakan sahamnya yang belum ke mana-mana.

Di sisi lain, saham emiten metal yang berelemen logam dan dianggap kurang bagus tahun ini dari penilaian fengshui, dilihat Kiswoyo juga cukup volatile pergerakannya.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,16% di Pekan Ini, Simak Sentimen Penggeraknya

“Harga komoditas logam masih volatile lantaran sentimen perekonomian global yang masih belum pasti di tahun ini,” paparnya.

Dari sektor energi, Kiswoyo merekomendasikan beli untuk MEDC dengan target harga Rp 1.500 per saham, ITMG dengan target harga Rp 29.000 per saham, KKGI dengan target harga Rp 700 per saham, dan PTBA dengan target harga Rp 3.000 per saham.

Sementara, dari sektor konsumer, Kiswoyo merekomendasikan beli untuk INDF dengan target harga Rp 9.000 per saham, MYOR dengan target harga Rp 3.000 per saham, dan CLEO dengan target harga Rp 2.000 per saham.

Selanjutnya: 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran, Apa Yang Dilakukan?

Menarik Dibaca: Falcon Konsultasi Perpajakan Siap Dampingi Wajib Pajak dalam Menghadapi CoreTax

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×