Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kondisi kurang menyenangkan dialami oleh emiten perkebunan. Hari ini (7/1), saham emiten perkebunan terlihat mengalami penurunan. Saat pasar tutup, saham para emiten Crude Palm Oil (CPO) ini jatuh 2,8%.
Saham PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) terlihat anjlok paling dalam 7,6% ke posisi 6.375. Kemudian, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) merosot 6,7% ke angka 1.665. Selanjutnya, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) jatuh 2,6% menjadi 760. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pun turun 2.4% menjadi 21.500. Terakhir, PT BW Plantation Tbk (BWPT) merosot 1,9% jadi 1.275.
Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto melihat, penurunan saham emiten perkebunan ini dikarenakan oleh harga komoditas CPO yang turun begitu banyak. Padahal di akhir tahun kemarin, harga CPO memang sempat mengalami kenaikan.
Sekadar informasi, berdasarkan data Bloomberg, harga kontrak CPO untuk pengantaran Maret turun 0,3% sehingga ditutup di level 2.640 ringgit atau US$ 803 per metrik ton di Bursa Malaysia Derivatives. Sepanjang pekan ini, harga kontrak CPO naik 0,3%.
Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe merasa, kondisi itu hanya disebabkan oleh sentimen menguatnya dollar Amerika Serikat. Pasalnya, persediaan CPO di Indonesia dan Malaysia pada akhir 2013 masih mencapai 3 juta ton. "Maka berat untuk harga CPO ini bisa naik lagi dalam jangka pendek," ucapnya.
Analis Sucorinvest Central Gani Isfhan Helmy menyebut, data manufaktur China yang di bawah ekspektasi dapat menjadi alasan penurunan harga CPO ini. "Belum ada perbaikan permintaan komoditas Cina yang berkelanjutan. Makanya ini menekan harga CPO," sebut dia.
Selain itu, ia merasa perlu data Malaysia palm oil inventory pada bulan Desember 2013 perlu menjadi perhatian. Jika indikator tersebut naik, maka Isfhan menganggap normal jatuhnya harga CPO ini.
Ada pun, simpanan kacang kedelai di Amerika Serikat terlihat meningkat jadi 71,46 juta ton. David bilang, CPO memang bersubstitusi dengan minyak kedelai. Jika harga barang subtitusi ini meningkat, memang bisa mempengaruhi harga komoditas CPO. Namun elastisitas biaya tersebut dinilainya tak terlalu tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News