kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saham-saham big cap menguat signifikan, ini faktor pendorongnya


Rabu, 13 Oktober 2021 / 21:35 WIB
Saham-saham big cap menguat signifikan, ini faktor pendorongnya
ILUSTRASI. Saham-saham big cap menguat signifikan, ini faktor pendorongnya


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Saham dengan kapitalisasi pasar besar (big caps) mulai menunjukkan taji. Sejumlah saham mulai menguat setidaknya dalam sebulan perdagangan.

Salah satunya ditunjukkan oleh saham perbankan big4 yang menguat setidaknya dalam sebulan terakhir. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) misalnya, menguat 15,86% dalam sebulan, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terpantau menguat 16,94% dalam perdagangan sebulan, dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang menguat 15,92%. Tak ketinggalan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang menguat 24,77% dalam sebulan perdagangan.

Saham-saham lain juga turut mengalami rebound, sebut saja saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang menguat 29,95% ,  PT Astra International Tbk (ASII) yang menguat 16,20%, dan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang menguat 9,28% dalam sebulan perdagangan.

Penguatan saham-saham big caps diikuti oleh masuknya (inflow) dana asing ke pasar saham. Mengutip RTI, dalam sebulan dana asing yang masuk di pasar regular mencapai  Rp 21,60 triliun.

Baca Juga: Intip rekomendasi saham-saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI

CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya menilai, ada dua faktor yang mendorong masuknya inflow asing ke pasar saham. Pertama, penanganan Covid-19 di Indonesia yang dinilai cukup baik. Terbukti dari penurunan kasus infeksi harian yang signIfikan dibarengi penurunan level  PPKM  di sejumlah daerah. Sejumlah pusat perbelanjaan (mall) juga sudah dibuka.

 

Hal ini menandakan adanya momentum kebangkitan dan perbaikan ekonomi.  “Ekonomi pulih terutama di sektor konsumsi, karena selama ini sektor konsumsi sempat tersendat karena pandemi Covid-19,” terang Bernadus kepada Kontan.co.id, Rabu (13/10).

Kedua, inflow dana asing juga ada kaitannya dengan fenomena booming commodity. Sejumlah komoditas seperti batubara, minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), hingga minyak mentah  menguat cukup signifikan sepanjang tahun ini. Dalam hal ini, Indonesia cukup menjadi perhatian karena Indonesia  adalah negara yang menjadi proxy bagi komoditas.

Baca Juga: Dibayangi data ekonomi dan kebijakan pemerintah AS, simak proyeksi IHSG Kamis (14/10)

“Dengan adanya kenaikan harga komoditas dapat meningkatkan performa emiten-emiten terutama emiten yang berkaitan dengan tambang dan komoditas. Ini juga ada kaitannya dengan trade balance, karena Indonesia adalah pengeskpor komoditas,” sambung dia.

Nah, kenaikan komoditas ini dinilai punya spread effect yang tinggi. Banyak orang Indonesia terutama di luar pulau Jawa yang bekerja di sektor pertambangan dan perkebunan.  Sehingga, naiknya harga komoditas tentu membawa dampak positif terhadap tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat.

Masyarakat bisa melalukan konsumsi primer, atau bahkan bisa melakukan aktivitas ekonomi lainnya seperti kredit pembelian rumah hingga kredit usaha . Terbukti dari naiknya angka kredit perbankan di periode Agustus 2021. Dus, sektor yang terdampak selain komoditas adalah sektor perbankan yang merupakan leading sector.

 

Naiknya pendapatan masyarakat juga mendorong konsumsi non primer. Dalam hal ini, konsumsi masyarakat di segmen kendaraan (baik mobil maupun motor) bisa naik. Alhasil, sektor otomotif juga diuntungkan dengan adanya booming komoditas.

Di sektor perbankan, Bernadus menjagokan saham BMRI dengan target harga Rp 8.900. BMRI dinilai memiliki aset dengan kualitas paling kuat, dan memiliki dampak restrukturisasi yang lebih kecil dibanding peers-nya. Valuasi BMRI juga masih murah.

Di sektor otomotif, saham ASII dinilai atraktif, seiring dengan penjualan otomotif yang meningkat karena adanya commodity booming terutama di daerah luar Jawa. Selain itu, adanya stimulus PPNBM akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk membeli mobil. ASII direkomendasikan dengan target harga Rp 7.000. 

Selanjutnya: Asing catat net buy Rp 1,20 T saat IHSG menguat, saham-saham ini banyak diborong

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×