Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
“Dengan adanya kenaikan harga komoditas dapat meningkatkan performa emiten-emiten terutama emiten yang berkaitan dengan tambang dan komoditas. Ini juga ada kaitannya dengan trade balance, karena Indonesia adalah pengeskpor komoditas,” sambung dia.
Nah, kenaikan komoditas ini dinilai punya spread effect yang tinggi. Banyak orang Indonesia terutama di luar pulau Jawa yang bekerja di sektor pertambangan dan perkebunan. Sehingga, naiknya harga komoditas tentu membawa dampak positif terhadap tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat.
Masyarakat bisa melalukan konsumsi primer, atau bahkan bisa melakukan aktivitas ekonomi lainnya seperti kredit pembelian rumah hingga kredit usaha . Terbukti dari naiknya angka kredit perbankan di periode Agustus 2021. Dus, sektor yang terdampak selain komoditas adalah sektor perbankan yang merupakan leading sector.
Naiknya pendapatan masyarakat juga mendorong konsumsi non primer. Dalam hal ini, konsumsi masyarakat di segmen kendaraan (baik mobil maupun motor) bisa naik. Alhasil, sektor otomotif juga diuntungkan dengan adanya booming komoditas.
Di sektor perbankan, Bernadus menjagokan saham BMRI dengan target harga Rp 8.900. BMRI dinilai memiliki aset dengan kualitas paling kuat, dan memiliki dampak restrukturisasi yang lebih kecil dibanding peers-nya. Valuasi BMRI juga masih murah.
Di sektor otomotif, saham ASII dinilai atraktif, seiring dengan penjualan otomotif yang meningkat karena adanya commodity booming terutama di daerah luar Jawa. Selain itu, adanya stimulus PPNBM akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk membeli mobil. ASII direkomendasikan dengan target harga Rp 7.000.
Selanjutnya: Asing catat net buy Rp 1,20 T saat IHSG menguat, saham-saham ini banyak diborong
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News