Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
Hanya saja, tangguhnya perekonomian AS yang salah satunya tercermin dari data tenaga kerja Non Farm Payroll (NFP) mendorong imbal hasil obligasi US Trasury tenor 2 ataupun 5 tahun, sehingga kondisi tersebut menarik dana asing keluar dari Indonesia.
Adapun Bank Indonesia (BI) mencatat data transaksi 16 – 18 April 2024, investor asing melakukan jual neto sebesar Rp 21,46 triliun.
Rinciannya, net sell sekitar Rp 9,79 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp 3,67 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp 8 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Sejak awal tahun hingga 18 April 2024, investor asing mencatatkan jual neto sekitar Rp 38,66 triliun di pasar SBN, beli neto sebesar Rp 15,12 triliun di pasar saham dan beli neto Rp12,90 triliun di SRBI.
Baca Juga: Penyaluran Kredit BCA (BBCA) Diperkirakan Flat, Simak Rekomendasi Sahamnya
“Risiko saat ini masih cukup tinggi seiring higher for longer. Tekanan lebih condong dipengaruhi sentimen suku bunga AS,” ucap Rully.
Menurut dia, ketidakpastian pemangkasan suku bunga acuan akan menciptakan volatilitas di pasar. Sehingga, dana asing bisa kembali mengalir masuk (inflow) diharapkan baru terjadi pada kuartal ketiga 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News