kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.875   64,00   0,40%
  • IDX 7.139   -22,41   -0,31%
  • KOMPAS100 1.093   -1,37   -0,12%
  • LQ45 868   -3,84   -0,44%
  • ISSI 217   0,27   0,12%
  • IDX30 444   -2,83   -0,63%
  • IDXHIDIV20 535   -4,44   -0,82%
  • IDX80 125   -0,25   -0,20%
  • IDXV30 134   -1,71   -1,26%
  • IDXQ30 148   -1,25   -0,84%

Saham Perbankan Masih Menjanjikan, Tunggu Isyarat Suku Bunga AS Dipangkas


Selasa, 23 April 2024 / 19:10 WIB
Saham Perbankan Masih Menjanjikan, Tunggu Isyarat Suku Bunga AS Dipangkas
ILUSTRASI. Saham Perbankan Masih Menjanjikan, Tunggu Isyarat Suku Bunga AS Dipangkas.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja emiten sektor perbankan diproyeksi masih memberikan pengembalian positif di tahun ini. Sektor tulang punggung pasar saham ini diharapkan segera pulih seiring potensi pemangkasan suku bunga acuan.

Untuk diketahui, kinerja emiten sektor perbankan terpantau mengalami penurunan di awal tahun 2024 ini. IDX Sector Financial yang mengukur kinerja sektor perbankan mencatat terkoreksi sekitar 1,93% sejak awal tahun alias year to date (ytd). 

Lesunya performa emiten bank tersebut menyeret pelemahan pasar saham secara keseluruhan. Itu karena kapitalisasi pasar sektor keuangan sekitar 35% dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) di kuartal I-2024.

Baca Juga: Saham Perbankan Masih Primadona di Tengah Penurunan IHSG, Simak Rekomendasi Analis

CEO Star Asset Management (Star AM) Hanif Mantiq mengatakan, sektor perbankan tetap menjadi primadona di pasar modal. Hal itu karena sektor perbankan memiliki kapitalisasi pasar besar dan kinerja sektor tersebut terus menunjukkan tren positif. 

Sektor perbankan telah memainkan peran penting dalam mendorong pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ini terbukti dari BEI pada tahun 2012 meluncurkan indeks Infobank15 yang terdiri dari 15 saham perbankan terbaik berdasarkan kriteria rating, tata kelola perusahaan, serta likuiditas.

Namun kondisi pasar saat ini tengah diliputi oleh prospek suku bunga Federal Reserve alias The Fed. Hal itu karena masih adanya ketidakpastian mengenai arah suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut. 

Jika di awal tahun ekspektasi pemangkasan suku bunga dilakukan tiga kali yang bisa dimulai pada Maret 2024, saat ini narasi sudah mulai bergeser menjadi pemangkasan suku bunga acuan hanya satu kali pada September 2024. 

Baca Juga: Market Cap Emiten BUMN Turun, Simak Sentimen dan Prospeknya

Dari domestik, suku bunga bahkan diperkirakan naik satu kali sebesar 25 bps untuk mengendalikan rupiah yang semakin liar di atas Rp 16.000 per dolar AS. 

“Kondisi pasar kita memang masih dipengaruhi suku bunga AS,” ungkap Hanif dalam acara Media Day by Mirae Asset Sekuritas, Selasa (23/4).

Hanif berujar, imbal hasil (yield) surat utang tenor 10 tahun sudah menembus 7% karena sentimen suku bunga tinggi bakal bertahan lama alias Higher For Longer. 

Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi sekitar 2,23% dari awal tahun (year to date) salah satunya terdampak perang antara Israel dan Iran.

Baca Juga: Simak Trading Plan dan Saham Pilihan dari Ajaib Sekuritas untuk Pekan Ini

Tensi perang yang memanas diperkirakan akan mengerek harga komoditas yang dikhawatirkan bakal meningkatkan inflasi. Sehingga wajar investor saat ini cenderung bersikap wait and see terhadap pasar.

Di sisi lain, Hanif menilai, tuntasnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa Pilpres berpotensi membuat pasar finansial kembali bergairah. Ini karena berakhirnya sengketa pemilu dan pemilu dilaksanakan hanya satu putaran telah menghapuskan ketidakpastian di pasar.

Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto menyebutkan, kinerja sektor perbankan dipengaruhi oleh suku bunga dan nilai tukar. Secara historis, pertumbuhan kredit perbankan juga bakal mengikuti pergerakan harga komoditas. 

Rully menjelaskan, kenaikan harga minyak imbas perang dapat berdampak bagi meningkatnya penjualan batubara dan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO). Sehingga ini akan menguatkan nilai tukar rupiah karena dua komoditas tersebut merupakan andalan bagi Indonesia. 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×