Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan barisan saham lapis pertama banyak yang tumbang, saham di papan akselerasi justru melaju kencang. Pelaku pasar bisa mencuil peluang di papan akselerasi, meski perlu ekstra hati-hati.
IHSG menutup perdagangan Kamis (9/1) dengan penurunan 0,22% ke posisi 7.064,58. Pada saat yang sama, indeks saham papan utama merosot 0,37%, papan pengembangan naik 0,56%, sedangkan indeks saham papan akselerasi melesat 2,53%.
Jika diakumulasi sejak awal tahun 2025 (year to date), indeks saham papan utama dan papan pengembangan berada di posisi minus, masing-masing 0,09% dan 0,11%. Sementara papan akselerasi melompat 12,06%.
Praktisi Pasar Modal & Founder WH Project William Hartanto mengamati saat IHSG bergerak melemah, pelaku pasar akan mencari alternatif sebagai pilihan trading. Alternatif tersebut biasanya didapat dari saham-saham baru yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau dari saham lapis ketiga, termasuk yang menghuni papan akselerasi.
Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus menambahkan, ketika banyak saham blue chip tertekan akibat arus dana keluar (capital outflow) dari investor asing, pelaku pasar mencari alternatif.
Baca Juga: IHSG Dibayangi Risalah FOMC, Cek Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Jumat (10/1)
"Beralih ke saham-saham small caps yang notabene partisipasi asing tidak terlalu besar di sana," kata Daniel kepada Kontan.co.id, Kamis (9/1).
Dus, Daniel melihat saham di papan akselerasi masih bisa menemukan momentum selama IHSG masih melemah maupun bergerak sideways.
"Hal ini bisa dimanfaatkan untuk trading saja mengingat saham papan akselerasi biasanya penuh dengan volatilitas," imbuh Daniel.
CEO Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo menimpali, secara fundamental, performa emiten di papan akselerasi cukup bervariasi. Selain sebagai alternatif saat IHSG dan saham big cap lunglai, bisa jadi sebagian pelaku pasar memiliki ekspektasi akan ada perbaikan fundamental pada sejumlah emiten.
Dalam catatan Kontan.co.id, setidaknya ada dua saham papan akselerasi yang sudah terbang tinggi sejak tahun 2024 lalu. Kenaikan harga sahamnya bahkan mencapai lebih dari 1.000% alias multibagger.
Kedua saham itu adalah PT Solusi Kemasan Digital Tbk (PACK) dan PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE). Lonjakan signifikan harga kedua saham tersebut terjadi setelah adanya informasi pergantian pemegang saham pengendali.
Hingga saat ini, PACK dan NINE masih melaju. Pada perdagangan Kamis (9/1), harga PACK naik 9,74% ke posisi Rp 1.070 per saham. Sedangkan NINE menguat 9,09% ke level Rp 204 per saham.
Meski sejumlah saham di papan akselerasi mampu naik tinggi, tapi Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menyarankan agar pelaku pasar berhati-hati. Sebab, karakteristik dari saham di papan ini berisiko tinggi (high risk) dan umumnya memiliki likuiditas yang rendah.
Dus, perhitungan ukuran posisi (position sizing) menjadi sangat penting. Saran Ekky, pastikan size entry disesuaikan dengan rata-rata value transaksi harian saham tersebut untuk menghindari kesulitan keluar saat harga berbalik turun.
Baca Juga: Menakar Dampak Bergabungnya Indonesia ke BRICS Terhadap Stabilitas Rupiah
"Saham akselerasi bisa turun kapan saja. Oleh karena itu, selalu gunakan manajemen risiko yang ketat, seperti menetapkan target profit dan cut loss sejak awal," kata Ekky.
Praska sepakat, strategi yang dapat dilakukan untuk saham di papan akselerasi adalah melakukan trading jangka pendek atau harian. Cermati saham-saham yang memiliki volume transaksi, dengan tetap membatasi stop loss secara ketat.
Sementara itu, William melihat sejumlah saham di papan akselerasi bisa dipertimbangkan untuk trading buy. Mereka adalah PACK, PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO) dan PT Hoffmen Cleanindo Tbk (KING).
Selanjutnya: Usia Pensiun Pekerja Jadi 59 Tahun untuk Pencairan JP, Ini Kata BPJS Ketenagakerjaan
Menarik Dibaca: Kapan Waktu Terbaik Makan Buah agar Manfaatnya Maksimal? Ini Jawabannya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
