kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45896,99   -29,74   -3.21%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham konstruksi wajar punya DER tinggi


Kamis, 26 Oktober 2017 / 14:01 WIB
Saham konstruksi wajar punya DER tinggi


Reporter: Chindy Puri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa saham mencetak debt of equity ratio (DER) di atas 100% atau 1 kali. PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA) mencetak DER tertinggi yakni 38,08 kali. Diikuti PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) 26,53 kali dan PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) 23,26 kali.

Dari jajaran saham LQ45 terdapat lima emiten yang juga mencetak DER di atas satu kali di luar emiten perbankan. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mencapai DER 1,76 kali dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) memiliki DER 1,32 kali. Saham pelat merah berasal dari PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dengan DER 1,68 kali, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) 1,61 kali, dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) 1,36 kali.

Analis First Asia Capital David Setyanto mengatakan, DER tidak selalu menunjukkan kinerja emiten yang buruk maupun fundamental yang lemah. Ia bilang, DER harus dilihat tergantung dari kemapanan bisnisnya. Keidealan DER tidak bisa diterapkan pada semua sektor. Khususnya pada sektor multifinance.

David mewajarkan emiten konstruksi memiliki DER di atas satu kali dan idealnya rata-rata mencapai 3-4 kali. Hal ini disebabkan siklus bisnis emiten.

“Katakanlah WIKA, begitu terima proyek apa dia langsung dibayar? Dia dibayar pakai termin, sedangkan harus menggerakkan working capital. Nah, begitu dapat kontrak dia pasti minjem ke bank, yang seperti itu pasti DER-nya tinggi,” katanya memberi contoh.

PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) juga memiliki DER 13,59 kali. David menilai, rasio tersebut sudah terlalu tinggi. Artinya, beban yang diampu TBIG termasuk besar. “Emiten konstruksi punya DER maksimal 4x. Jadi, kalau sampai 13 x menurut saya sudah cukup tinggi,” paparnya.

David menyarankan pelaku pasar untuk mewaspadai utang emiten. Perlu dilihat penggunaan utang tersebut akan berdampak positif pada pendapatan atau tidak, misalnya penambahan kapasitas. "Ada satu titik dimana penambahan kapasitas malah tidak menambah pendapatan lagi atau bahkan penambahan pendapatannya marginalnya sudah makin turun," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×