Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menguat. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), IHSG sudah menanjak 21,14%. Di pasar regional, IHSG mencatatkan pertumbuhan tertinggi kedua setelah indeks saham India (BSE Sensex) yang naik 26,8% (ytd).
Lantas, saham mana saja yang pertumbuhannya sejalan dengan indeks saham, bahkan melampaui imbal hasil (return) IHSG? Mengacu 10 saham paling likuid (indeks LQ-45) yang mencetak return tertinggi sepanjang tahun ini, ternyata didominasi saham sektor konstruksi dan infrastruktur. Saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT PP Tbk (PTPP), PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) masuk dalam empat besar saham pencetak untung paling besar.
Kepala Riset Sucorinvest Central Ghani, Ishfan Helmi, mengatakan saham konstruksi mencatatkan kenaikan paling tinggi lantaran pasar menaruh harapan besar pada sektor ini. Hal itu mengingat Presiden terpilih Indonesia, Joko Widodo, bertekad mempercepat pembangunan infrastruktur. Sementara saham sektor perbankan mencatat kenaikan lantaran kondisi fundamental yang masih baik. Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) masuk 10 besar pemberi return tertinggi.
Di semester I 2014, sektor perbankan masih membukukan pertumbuhan pendapatan bunga bersih di atas 20% dan pertumbuhan laba bersih di atas 15%. Padahal, suku bunga masih tinggi dan likuiditas ketat.
Ishfan menilai saham perbankan dan konstruksi sudah reli cukup kencang. Di sisi lain, pemangkasan subsidi bahan bakar minyak (BBM) kemungkinan terlaksana satu hingga dua tahun ke depan. “Oleh karena itu, percepatan pembangunan baru bisa terwujud di tahun ketiga pemerintahan,” proyeksi Ishfan.
Supriyadi, Kepala Riset OSO Securities menilai, rata-rata asumsi penurunan IHSG pada bulan tertentu ternyata tak terbukti. “Pemilihan umum yang aman dan damai membuat investor yakin terhadap pasar saham dalam negeri,” kata dia.
Supriyadi menilai saham konstruksi tumbuh lebih kencang dan meninggalkan properti. Ini kebalikan dari tahun lalu, dimana properti tumbuh lebih kencang ketimbang konstruksi. Sementara tingkat inflasi yang masih bergerak dalam tren menurun telah mengangkat sektor perbankan.
Selain dari dalam negeri, kenaikan IHSG didorong perbaikan ekonomi Amerika Serikat dan kawasan Eropa. Misalnya, tingkat pengangguran AS menurun dan ekonomi Eropa terus tumbuh. “Ini membuat investor semakin percaya diri,” ujar Supriyadi. Jika ekonomi AS membaik, maka ekspor dalam negeri turut terkerek. Dia menebak, IHSG hingga akhir bulan ini berada di kisaran 5.250.
Sedangkan di pengujung tahun ini, Supriyadi menduga IHSG mencapai 5.400 hingga 5.600. “Proyeksi ini bukan untuk akhir tahun, tetapi bisa sebelum atau setelahnya, tergantung dari banyak hal, seperti kebijakan BBM subsidi,” papar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News