Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Bakrie, yang pernah menjadi kekuatan besar di pasar modal Indonesia, mencapai puncak kejayaannya pada tahun 2007. Saat itu, booming komoditas batubara mendorong harga saham perusahaan-perusahaan afiliasi mereka naik signifikan.
Aburizal Bakrie, putra pendiri Grup Bakrie, Ahmad Bakrie, bahkan tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia versi Forbes pada tahun yang sama.
Saham-saham Grup Bakrie saat itu sangat diminati, masuk dalam indeks LQ45 dan menarik perhatian investor domestik maupun asing, dengan likuiditas tinggi yang memudahkan transaksi besar. Banyak investor meraup keuntungan signifikan dari saham-saham ini.
Baca Juga: Saham Group Bakrie Makin Cerah, Cermati Rekomendasi Analis
Namun, krisis finansial global tahun 2008 akibat subprime mortgage di Amerika Serikat mengakibatkan guncangan besar di pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat jatuh lebih dari 10%, dan harga saham Grup Bakrie pun tertekan.
Setelah melewati masa sulit tersebut, emiten-emiten yang tergabung dalam Grup Bakrie menunjukkan performa positif di tahun 2024.
Pada penutupan perdagangan Jumat (25/10), saham-saham seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mencatat lonjakan 105,88% secara year to date (ytd), diikuti oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang naik 65,88% ytd dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) yang meningkat 50% ytd.
Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, mengungkapkan bahwa BRMS telah masuk dalam indeks MSCI Indonesia small cap dengan bobot sekitar 3,06%.
Baca Juga: Ada Rotasi Saham di Papan Utama & Pengembangan, Simak Catatan Analis Berikut Ini
"Ini terdiri dari 52 konstituen yang mewakili sekitar 14% dari seluruh saham Indonesia," ujar Dileep kepada Kontan, Jumat (25/10).
Hendra Wardana, Founder Stocknow.id, menambahkan bahwa kenaikan saham Grup Bakrie didorong oleh katalis positif dari sektor dan kebijakan. BRMS, misalnya, diuntungkan oleh penguatan harga emas dan akuisisi lahan pertambangan.
"Rumor terkait potensi masuknya saham-saham Grup Bakrie, seperti BUMI dan BRMS ke dalam indeks LQ45 juga menjadi pendorong ekspektasi investor," kata Hendra.
Meskipun demikian, beberapa saham Grup Bakrie belum sepenuhnya mencerminkan peningkatan performa yang signifikan. BRMS, meskipun telah melakukan ekspansi, belum menunjukkan realisasi pendapatan yang sesuai dengan valuasi pasar.
Baca Juga: Menilik Prospek Saham Grup Bakrie di Tengah Sentimen Emiten & Presiden Prabowo
Hal serupa juga berlaku untuk BUMI, yang masih menghadapi tantangan dalam kinerja keuangan di tengah volatilitas harga batu bara.
Bagi investor, situasi ini bisa dimanfaatkan sebagai momentum jangka pendek, terutama bagi mereka yang memiliki profil risiko agresif. Namun, mereka harus waspada terhadap risiko koreksi, karena sentimen positif yang mendukung saham-saham Grup Bakrie sebagian besar berbasis spekulasi.
"Investor perlu mencermati rilis laporan keuangan terbaru untuk menilai kelanjutan performa masing-masing emiten," kata Hendra.
Hendra merekomendasikan untuk membeli saham BUMI, BRMS, dan ENRG pada target harga masing-masing Rp 160, Rp 380, dan Rp 310 per saham.
Baca Juga: Pengendali Utak-Atik Saham Grup Bakrie (ENRG), Kerap Jualan tapi Lebih Sering Beli
Sukarno Alatas, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyatakan bahwa penguatan saham Grup Bakrie dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk masuknya BRMS ke dalam indeks MSCI small cap dan kenaikan harga komoditas.
"Secara mayoritas, kenaikan harga inline dengan kinerja fundamental, namun kenaikannya terbilang cukup signifikan," ucap Sukarno.
Ia juga menekankan pentingnya kehati-hatian bagi investor, mengingat kenaikan harga yang sudah signifikan. "Coba cek ulang seperti apa valuasi dan sentimen selanjutnya," tambahnya.
Baca Juga: Deretan Emiten Ini Bakal Bagi Saham Bonus, Simak Rekomendasi Analis
Sukarno merekomendasikan untuk mencermati saham ENRG dengan target harga Rp 284-Rp 296 per saham, sementara untuk saham lainnya ia merekomendasikan untuk wait and see.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News