Reporter: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mendapatkan tekanan jual yang cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir sehingga membuat harga sahamnya mendadak turun di level terendah. Pada penutupan sesi I Senin ini, (16/10), saham GOTO bertengger di posisi Rp 62/saham.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi saham GOTO pada hari ini sebesar Rp 785,85 miliar dengan volume perdagangan 13,05 miliar saham. Kendati turun 7,46% pada sesi I hari ini, dalam 6 bulan terakhir, investor asing masih membukukan beli bersih di pasar reguler (net foreign buy) sebesar Rp 1,54 triliun.
Dua analis PT Mandiri Sekuritas (Mansek), Adrian Joezer dan Jennifer Audrey Harjono, menilai aksi jual atas saham induk Gojek, Tokopedia, GoTo Financial (GTF) dan GoTo Logistics ini lebih karena alasan non fundamental, bukan alasan fundamental.
"Kami memperkirakan kinerja Q3-23 GOTO dapat mengalami sedikit kenaikan jika dibandingkan kuartal sebelumnya. Kami berpendapat aksi jual harga saham GOTO baru-baru ini tidak sepenuhnya didorong oleh kekhawatiran mendasar," tulis keduanya, dalam riset publikasi per 16 Oktober ini.
Salah satu isu penting yang disoroti Adrian dan Jennifer adalah potensi kembalinya TikTok Shop yang dinilai menjadi 'ancaman'. Tapi bagi keduanya, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa kembalinya TikTok Shop dapat menimbulkan risiko persaingan yang lebih ketat dibandingkan sebelum penutupannya.
Pasalnya, sejak dikeluarkannya peraturan e-commerce baru pada 27 September, yang seharusnya menguntungkan Tokopedia dan Shopee, harga saham GOTO memang sudah terkoreksi sebesar 22,1% ke level terendah baru di Rp 67/saham.
Di sisi lain, saham Sea Ltd (induk Shopee) naik 8,3% menjadi US$ 45,6 dalam waktu yang sama. Hal ini menjadikan GOTO sebagai saham teknologi dengan kinerja terendah di Asia Tenggara secara year to date (YTD) atau turun 26,4% versus saham Sea Ltd. minus 12,4% dan Grab naik 6,2%.
"Apa yang bisa menyebabkan aksi jual? Kami berpendapat, aksi jual ini tidak seluruhnya dipicu oleh kekhawatiran mendasar, karena koreksi ini terjadi setelah dikeluarkannya regulasi yang dianggap positif bagi Tokopedia dan setelah penutupan resmi TikTok Shop pada 4 Oktober.”
Mansek menilai, mskipun TikTok Shop pada akhirnya akan kembali hadir mengingat pentingnya e-commerce sebagai saluran monetisasi, menurut Mansek masih terlalu dini berasumsi bahwa lanskap persaingan akan lebih ketat dari sebelum.
Hal ini karena, beberapa pertimbangan, pertama, pemisahan media sosial dan e-commerce di mana aplikasi perdagangan dapat memengaruhi lalu lintas e-commerce dan tingkat konversinya. Kedua, strategi penetapan harga dan promosi yang agresif terhadap keuntungan awal merupakan risiko bagi GOTO namun strategi tersebut juga dapat menjadi bumerang mengingat “sensitivitasnya” mengingat peraturan yang baru diterapkan.
Pemegang saham masih bertahan
Lebih lanjut, Mansek menjabarkan bahwa pemegang saham lama masih bertahan. Data kustodian terbaru, yang hanya mengungkapkan pemegang saham dengan kepemilikan di bawah 5%, menunjukkan tidak ada perubahan pada kepemilikan dua pemegang saham terbesar GOTO, dengan Taobao dan Softbank (SVF) masih memegang 8,72% dan 7,62% saham di GOTO per 12 Oktober.
Sementara itu, salah satu pendiri Tokopedia dan anggota Dewan Komisaris GOTO William Tanuwijaya, pada Jumat pekan lalu (13/10), menjual sebagian kecil 332 juta saham (1,6% dari total kepemilikannya) dengan harga Rp79/saham.
"Mengingat luasnya basis investor GOTO, yang mencakup 78% saham yang beredar bebas, kami berpendapat aksi jual baru-baru ini juga dapat disebabkan oleh alasan lain di luar fundamental saham,” tegas dua analis Mansek ini.
Adrian dan Jennifer memperkirakan nilai transaksi bruto atau GTV GOTO pada Q3-23 akan naik hingga pertengahan kuartalan, mengingat agresivitas TikTok Shop dan Shope. Akan tetapi, pertumbuhan secara berurutan yang lebih kuat berpotensi terjadi pada kuartal 4-2023 di tengah penutupan sementara TikTok Shop.
Menurut Momentum Works, Tokopedia, Shopee, dan TikTok Shop memiliki pangsa pasar sebesar 35%, 36%, dan 5% pada 2022. “Sedangkan untuk EBITDA yang disesuaikan, kami terus memperkirakan peningkatan lebih lanjut pada Q3-23 di tengah upaya disiplin biaya.”
Adrian dan Jennifer memberikan rekomendasi saham GOTO yakni beli, dengan target harga Rp 130/saham. Saat ini, GOTO diperdagangkan pada EV/Sales 2024 sebesar 1,6 kali atau 2,3 kali berdasarkan pendapatan bersih. Angka ini 35,3% di atas Sea Ltd. (1,7 kali) dan 32,4% di bawah Grab (3,4 kali).
“Pada 1 Januari 2023 dan 26 September 2023, sebelum aksi jual, level EV/Sales GOTO rata-rata sebesar 4,9 kali atau 105,0% di atas Sea (2,4 kali) dan 27,0% di atas Grab (3,9 kali).”
Dengan Tokopedia yang menguasai 35% pangsa pasar di e-commerce Indonesia dan Gojek sebesar 44% dalam layanan pesan-antar makanan (berdasarkan Momentum Works 2022), Mansek memprediksi nilai enterprise (enterprise value/EV) GOTO saat ini sebesar US$ 3,0 miliar atau setara Rp 47 triliun (kurs Rp 15.500/US$). Enterprise value adalah nilai tolak ukur sebuah perusahaan, biasanya digunakan oleh para investor untuk menilai seberapa besar kapitalisasi dari sebuah perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News