Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang tidak terduga pada 31 Mei 2023 membuat Mirae Asset Sekuritas mengatur ulang rekomendasi sahamnya. Saat itu, saham GOTO ditutup naik 34,9% di Rp 147 per saham.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Jennifer A Harjono dalam riset 1 Juni 2023 menjelaskan, pada tanggal 31 Mei, harga saham GOTO melonjak 34,9% pada perdagangan pra-penutupan. Peningkatkan harga yang cukup tajam ini membuat nilai transaksi meningkat 864% dibanding transaksi sebelumnya sebesar Rp 6,4 triliun. "Kami curiga kenaikan harga saham GOTO yang tidak terduga sebagian besar disebabkan oleh tingginya permintaan GOTO," jelas dia.
Jennifer memperkirakan ada penyeimbangan dana kembali lantaran saham GOTO masuk ke dalam Indeks MSCI pada 11 Mei. "Karena perubahan harga yang tidak terduga, kami untuk sementara menangguhkan rekomendasi kami atas saham GOTO," terang dia dalam riset.
Baca Juga: Saham GOTO Memimpin, Ini 10 Top Gainers IHSG Sepekan
Mirae Asset Sekuritas berencana melakukan analisis menyeluruh terhadap fundamental perusahaan dan nilai wajarnya. "Sebelumnya, kami rekomendasi GOTO trading buy dengan target harga Rp 135 per saham," tulis Jennifer.
Secara fundamental, GOTO secara resmi masuk dalam indeks MSCI memicu diskusi di pasar apakah akan ada perubahan mendadak di kancah e-niaga. "Kami mengantisipasi beberapa penyesuaian di sektor ini dalam waktu dekat, didorong oleh perubahan perilaku pasca-pandemi dan persaingan yang semakin intensif," kata Jennifer.
Perilaku konsumen setelah pelonggaran pembatasan sosial telah ditunjukkan kesadaran konsumen akan harga yang tinggi. Konsumen juga menginginkan pengalaman belanja omnichannel yang mulus, dan memiliki niat pembelian lebih karena nilai. "Hasilnya, kami mengharapkan belanja konsumen menjadi lebih seimbang antara belanja lewat offline dan online," ujar Jennifer.
Ke depan, Jennifer berpandangan, pertumbuhan pasar segmen online akan lebih melambat. Karena pasar mulai jenuh di pasar e-commerce. Dia melihat, e-commerce akan fokus mempercepat profitabilitas dan mengurangi promosi.
Persaingan antar e-commerce memang mulai menyempit sebab JD.id telah keluar dari pasar Indonesia. Sehingga kini hanya menyisakan dua raksasa e-commerce, Tokopedia dan Shopee. Meski begitu kini, ecommerce harus tetap waspada karena TikTok Shop terlihat mulai menunjukkan tajinya.
Baca Juga: Saham GOTO Melonjak 35% Hingga ARA, Efek Rebalancing Indeks MSCI?
Jennifer menyebut, platform media sosial TikTok Shop mengumpulkan sejumlah perilaku penggunanya. Jumlah screentime TikTok secara bulanan tumbuh +67% YoY. "Kami pikir data harus memungkinkan para e-commerce untuk memberikan saran yang relevan dalam konten dan iklan untuk FYP (For You Page) dan platform toko," papar dia.
Selain itu, TikTok sebagai media sosial telah memperoleh popularitas yang tinggi, melampaui Twitter sebagai favorit platform media sosial. "Namun, kami memiliki alasan dampak pada Tokopedia akan minimal," terang Jennifer.
Ini karena perbedaan target pengguna. Tokopedia pengguna yang lebih dewasa sementara TikTok Shop penggunanya yang lebih muda. Kategori produk di Tokopedia adalah FMCG, perbaikan rumah, elektronik sementara TikTok Shop lebih ke mode, kecantikan, FMCG.
Perilaku pembelian pengguna Tokopedia biasanya didorong niat membeli sedangkan TikTok Shop lebih pembelian impulsif. Tokopedia juga lebih unggul dengan logistik tapi TikTok Shop memiliki keunggulan karena relevansi terhadap pengguna.
Baca Juga: ARB dan Saham Liar
.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News