Reporter: Hasbi Maulana, Kenia Intan | Editor: Hasbi Maulana
Hingga Agustus 2019, ERAA memiliki 1.054 gerai. Padahal pada akhir 2018, gerai ERAA baru 900.
Walaupun realisasi pembukaan gerai tahun ini tidak sesuai harapan, ERAA bakal tetap menggenjot pembukaan gerai di 2020.
Pasar device, khususnya smartphone di Indonesia dinilai memiliki prospek. Koko, nama panggilan Djatmiko, menjelaskan, smartphone gaya hidup masyarakat. Tingkat replacement smartphone cukup tinggi. Rata-rata masyarakat mengganti smartphone dalam satu tahun.
Baca Juga: Sulit cari lokasi, Erajaya (ERAA) revisi target pembukaan gerai sepanjang tahun 2019
Penerapan International Mobile Equipment Identity (IMEI) pada April 2020 juga bisa mendorong penjualan ERAA. Selama ini, ponsel black market mencapai 20% dari yang beredar saat ini.
Meski begitu, kinerja ERAA hingga kuartal III-2019 tak begitu bagus. Perusahaan ini mencetak penurunan penjualan 6,79% jadi Rp 23,61 triliun.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk anjlok 73,98% secara tahunan menjadi Rp 174,13 juta.
"Sebenarnya kenaikan di 2019 sifatnya organik, tetapi di 2018 kenaikan kami quantum leap, lompatan ketinggian," kata Djatmiko.
Karena itu, sulit bagi ERAA mengimbangi kinerja di 2018. Selain itu, volume penjualan di 2019 juga turun karena harga jual rata-rata telepon seluler naik.
Baca Juga: Erajaya Swasembada (ERAA) bisa berjaya di tengah pembasmian ponsel ilegal
Di akhir tahun, ERAA berharap penjualan terdongkrak momentum natal dan tahun baru. Biasanya, kenaikan penjualan bisa mencapai 15%-20%.
Di akhir tahun ini, ERAA menargetkan bisa mengantongi penjualan Rp 30 triliun.
Dengan earning per share (EPS) alias laba bersih per saham Rp 69, maka price to earning ratio (PER) saham ini sudah 21,16 kali.
Adapun price to book value-nya (PBV) 0,96 kali
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News